Bisnis.com, TOKYO Pemerintah Jepang menyatakan pemangkasan peringkat kredit negara itu satu level ke A1 oleh Moodys Investors Service tidak akan memberi pengaruh besar pada proses pengambilan kebijakan oleh institusi-institusi keuangan.
Wakil Sekretaris Ketua Kabinet Jepang Hiroshige Seko menyampaikan bahwa langkah Moodys tersebut memang menjadi perhatian, namun lembaga keuangan Negeri Sakur amemiliki fokus lain dalam mengelola stabilitas finansial.
Saya pikir pemangkasan peringkat utang tersebut tidak berdampak besar pada pengelolaan keuangan oleh lembaga negara, kata dia dalam sebuah konferensi pers di Tokyo, Rabu (3/12).
Pernyataan Seko tersebut kontras dengan pernyataannya pascapublikasi laporan Moodys. Sehari sebelumnya, merespons laporan tersebut, Seko menyampaikan Perdana Menteri Shinzo Abe akan mempresentasikan rencana konsolidasi fiskal pada pertengahan tahun depan, tanpa memberi informasi spesifik.
Seko sempat menjabarkan bahwa pemerintah akan terus memantau ketat pasar utang dan siap menjalankan langkah apapun yang dibutuhkan. Adapun, pemangkasan peringkat utang oleh Moodys itu dilatarbelakangi oleh penundaan kenaikan pajak penjualan.
Moodys menggarisbawahi keraguannya pada kemampuan Jepang, mengenai apakah negara itu mampu menekan tingginya gunungan utang negara. Seperti diketahui, Abe sebelumnya berencana menaikkan pajak penjualan menjadi 10% dari saat ini 8% untuk mengatasi utang publik negara itu yang mencapai dua kali lipat produk domestik bruto.
Ekonom Credit Agricole SA Kazuhiko Ogata menyampaikan dipangkasnya peringkat kredit Jepang ini hendaknya membuat pemerintah menyadari situasi keuangan negara yang tengah mengkhawatirkan.
Setelah ini, Abe harusnya terdorong untuk menyegerakan langkah apapun untuk menggenjot pertumbuhan, untuk kemudia menyasar konsolidasi fiskal, kata Ogata merespons laporan Moodys.