Bisnis.com, HONG KONG - Setelah data menunjukkan sektor manufaktur belum pulih, sektor jasa China terakselerasi tipis pada November. Stagnasi kedua sektor kian mengkhawatirkan para pengambil kebijakan Negeri Tembok Raksasa.
"Mungkin akan dipangkas [tingkat suku bunga] pada kuartal pertama tahun depan. Situasi sektor jasa China dan manufaktur belum membaik," ungkap ekonom RBS, Louis Kuijs di Hing Kong, merespons laporan sektor jasa.
Perlemahan sektor jasa memang menjadi perhatian, mengingat sektor ini berkontribusi terbesar dalam menciptakan tenaga kerja. Apalagi, sektor jasa menyumbang 46% produk domestik bruto (PDB) China tahun lalu.
Kuijs menambahkan, pemerintah juga patut memperhatikan sektor properti yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi tahun depan. Di sisi lain, data PMI jasa menunjukkan pasar tenaga kerja melemah.
Data PMI jasa pemerintah menunjukkan pasar tenaga kerja kian lesu pada bulan kelimanya dengan indeks 49,5. Adapun, indeks di bawah 50 mengindikasikan terjadinya kontraksi. Sedangkan data PMI jasa HSBC/Markit menerangkan bahwa meski pasar tenaga kerja lesu, korporasi tetap konsisten melakukan perekrutan untuk mengekspansi bisnis.
Sebelumnya, Perdana Menteri Li Keqiang sempat menuturkan bahwa berapapun angka pertumbuhan China, ia tidak akan mempersoalkan selama negara itu mampu menciptakan lapangan kerja bagi jutaan warganya yang memasuki usia produktif setiap tahun. Kontraksi pada pasar tenaga kerja diprediksi akan menjadi perhatian khusus pemerintah.