Bisnis.com, RIO DE JANEIRO – Presiden Brasil Dilma Rousseff berjanji mengupayakan segala cara untuk mengendalikan inflasi. Sejak kembali terpilih akhir Oktober lalu, pemerintahan Dilma telah menetapkan kenaikan suku bunga ke level 11,25%.
Rousseff menyampaikan sebenarnya inflasi tahun ini telah mendekati target yang ditetapkan bank sentral. Indeks harga konsumen telah melambat ke level 6,59% pada Oktober, namun masih di atas batas toleransi bank sentral 6,5%.
“Memang mendekati target, namun kita jangan cepat puas. Kita justru harus berupaya lebih besar untuk mengendalikan inflasi,” kata Rousseff di hadapan para anggota Workers Party, di Fortaleza, Sabtu (29/11/2014).
Setelah meningkatkan suku bunga 25 basis poin Oktober lalu, gubernur bank sentral Brasil Alexandre Tombini mengatakan ia ingin inflasi berada di level 4,5% pada 2016 mendatang.
Seperti diketahui, inflasi tinggi terus menghantui Negeri Samba sepanjang tahun ini. Inflasi diperparah dengan penyelenggaraan World Cup 2014 yang mengerek naik harga-harga kebutuhan.
“Kita akan menetapkan langkah-langkah yang dibutuhkan, seccara perlahan, efisien, dan sistematis,” tutur Rousseff.
Di balik penyelenggaraan mewah piala dunia, ribuan masyarakat Brasil turun ke jalan menuntut Rousseff menurunkan harga-harga yang saat itu membumbung hingga 400%.
Adapun, Rousseff mengamanatkan menteri keuangan barunya Joaquim Levy untuk membangkitkan daya saing dan inovasi negara perekonomian terbesar Amerika Latin. Levy mengungkapkan visi utamanya dalam mengelola keuangan Brasil adalah menyisakan surplus anggaran.
“Kemenkeu juga akan membuka transparansi rekening negara, berupaya meningkatkan PDB dan menekan laju utang publik,” kata Levy beberapa waktu lalu.
Ambisinya itu merespons Moody’s Investors Service yang September lalu memangkas proyeksi kredit Brasil menjadi negative.