Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

NU: Khilafah Hanya Produk Sejarah. NKRI Harga Mati

Khilafah dinilai Nahdhatul sebagai produk sejarah. Karena itu, NU menolak model pemerintahan khilafah diberlakukan di Indonesia.
Ilustras/Antara
Ilustras/Antara

Bisnis.com, MAKASSAR -- Khilafah dinilai Nahdhatul sebagai produk sejarah. Karena itu, NU menolak model pemerintahan khilafah diberlakukan di Indonesia.

Pengurus Ikatan Pelajar NU Sulsel Andy Muhammad Idris mengatakan hasil Munas dan Konbes Nahdatul Ulama menolak Khilafah dan ISIS.

"Hal ini berdasarkan ijtima yang dilakukan pengurus NU pusat," kata Idris pada kegiatan Lailatul ijtima di Makassar, Sabtu (8/11/2014).

Sementara Katib Syuriah yang mewakili NU Sulsel pada Komisi Bahtsul Masail, NU memandang model Khilafah adalah produk sejarah, bukan produk agama, sehingga NU menilai NKRI adalah harga mati dan Islam mengakui eksistensi negara bangsa dan tidak mengharuskan penganutnya untuk mendirikan negara agama, termasuk negara khilafah.

Di sisi lain dalam forum Munas, NU memandang Pancasila sebagai harga mati dan jangan mengandai-andai akan mengubah asas Negara, selain Pancasila.

Ia mengatakan salah satu keputusan Munas dan Konbes NU, khususnya pada komisi Organisasi yang menjadi isu menarik yakni penyetujuan tentang Ahlu Halli Wal Aqdi yakni model pemilihan yang mewakilkan pada ulama sepuh yang diusulkan setiap wilayah NU untuk memilih Rais Aam dan Rais Syuriyah, sedangkan untuk pemilihan Tanfidziyah dikembalikan pada peserta muktamirin atau sesuai hasil muktamar NU di Makassar pada tahun 2010.

Pada kegiatan tersebut hadir Pengurus Syuriyah Anregurutta Sanusi Baco, A Rahman Idrus, Ruslan, Tanfidziyah Iskandar Idy, Arfin Hamid, Mustasyar, Rektor UIM Andi Majdah M Zain, Para Sepuh NU Sulsel Naharuddin Tinulu, Ridwan AR, KH Abdurrahman, dan segenap pengurus Lembaga/Lajnah dan Badan Otonom.

Sementara putusan kedua, lanjut dia, mengenai hasil muktamar NU di Makassar yakni organisasi yang mewadahi mahasiswa NU, hasil forum Munas, meminta Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) untuk memilih sampai dengan waktu Muktamar 2015 diadakan untuk memutuskan kembali menjadi Badan Otonom NU ataukah tidak sama sekali.

Sedangkan untuk komisi Bahtsul Masail ada 3 isu yang mencuat yakni khilafah, aborsi, dan model negara.

Menurut NU model Khilafah adalah produk sejarah, bukan produk agama, sehingga NU memandang NKRI adalah harga mati dan Islam mengakui eksistensi negara bangsa dan tidak mengharuskan penganutnya untuk mendirikan negara agama, termasuk negara khilafah.

Setelah pemaparan hasil Munas dan Konbes NU, Anre Gurutta Sanusi Baco Rais Syuriyah NU Sulsel membawakan tausiah.

Gurutta Sanusi dalam tausiahnya, mengungkapkan kedudukan Al Qur'an untuk menjadi pedoman atau petunjuk bagi orang yang beriman.

"Bagi manusia ketika tidak menjadikan Al Qur'an sebagai pedoman, akan memunculkan dua macam siksaan yakni, siksaan dunia akibat pelanggaran hukum Tuhan di alam ini, misalnya Agama menganjurkan menjaga kebersihan, lantas kita mengotori, maka hukumannya adalah kita akan terkena penyakit diakibatkan manusia tidak menjaga kebersihan," katanya.

Sedang siksaan kedua adalah di akhirat, akibat pelanggaran hukum syariah yang termaktub dalam Al Qur'an dan As Sunnah. Gurutta Sanusi juga prihatin dengan adanya dua kubu di DPR antara koalisi Indonesia Hebat dan koalisi Merah Putih.

"Kelompok yang salah yang terorganisir akan mengalahkan kelompok yang benar tetapi tidak terorgansir," katanya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : News Editor
Editor : Saeno
Sumber : Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper