Bisnis.com, DENPASAR — Kenaikan harga bahan bakar gas elpiji tidak berpengaruh besar terhadap laju inflasi di Pulau Bali.
Badan Pusat Statistik (BPS) Bali mencatat, inflasi kumulatif pada periode Januari-September mencapai 3,74%, sedangkan bulanan sebesar 0,33%, dan tahunan 4,59%. Kepala BPS Bali Panusunan Siregar menegaskan fenomena kenaikan harga gas pengaruhnya tidak sebesar ketika harga bahan bakar minyak (BBM) naik.
Lebih lanjut ditegaskan tren kenaikan inflasi tersebut masih dalam batas kewajaran. “Kami memang menjaga inflasi bulanan harus bisa di tahan di bawah 0,5%, dan ini sesuai, meskipun harus tetap waspada,” ujarnya, Rabu (1/10/2014).
Bali menargetkan inflasi pada akhir 2014 sebesar 5,2%. Panusunan menjelaskan sisa dua bulan ke depan Bali harus kerja keras untuk mempertahankan tingkat inflasi. Pasalnya, pada akhir tahun ada Natal, dan Hari Raya Galungan yang dirayakan oleh warga di Bali.
“Tentunya belum bisa lega, pengamatan saya di mana Natal saja cukup lumayan menaikkan inflasi, sekarang ada Galungan lagi itu potensial sekali mendongkrak,” tuturnya.
Penopang kenaikan inflasi adalah kelompok perumahan, air, listrik, serta gas dan bahan bkar 0,96%, kelompok kesehatan 0,29%, sandang 0,15%, pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,14%, serta kelompok makanan jadi minuman, rokok, dan tembakau 0,03%.
Sementara, komoditas yang naik sepanjang September adalah tarif listrik, bahan bakar rumah tangga, daging ayam ras, dan cabai merah.