Bisnis.com, JAKARTA- Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) tengah gencar memburu arsip yang dikeluarkan oleh lembaga kepresidenan dan arsip mengenai perbatasan negara. Perburuan arsip yang dilakukan tim ANRI ini melibatkan kerjas ama dengan lembaga kearsipan dari negara lain.
Kepala ANRI Mustari Irawan menuturkan arsip kepresidenan yang dikumpulkan dimulai dari masa pemerintahan Presiden Soekarno hingga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
“Kami akan kumpulkan dari Soekarno hingga SBY,” ujarnya.
Pengumpulan arsip-arsip penting tersebut diperkirakan membutuhkan waktu empat tahun. Mustari menuturkan berkaca dari yang dilakukan negara lain, seperti Korea Selatan. Lembaga arsip negeri Gingseng tersebut telah berhasil mengumpulkan arsip dari 13 Presiden yang berkuasa.
Paskapengumpulan arsip tersebut, tim dari ANRI merencanakan akan meletakkan koleksi arsip tersebut di gedung ANRI di jalan Gajah Mada, Jakarta. Alasan dipilihnya tempat ini karena gedung ini memiliki nilai sejarah dan menjadi pintu gerbang ke kawasan Kota Tua.
“Area arsip kepresidenan ini akan dilengkapi dengan visualisasi seperti diorama. Dengan demikian, keberadaan koleksi arsip kepresiden akan menjadi objek wisata yang menarik bagi masyarakat,” tuturnya.
Saat ini, ANRI telah mengkoleksi beragam arsip dan data. Koleksi yang dimiliki sejak zaman Vereenigde Oostindische Compagnie/Kongsi Perdagangan Hindia Timur dan Belanda tersebut terdiri dari antara lain kartu grafik sebanyak 97.425 sheet, 70.054 reels film, 3.000 kaset video, 3.000 rekaman suara dalam bentuk kaset, sekitar 1,6 juta lembar foto, dan 9.200 reels microfilm.
Guna mempercepat kelengkapan pengumpulan arsip, tim ANRI melakukan kerjasama dengan lembaga kearsipan negara-negara sahabat yang menjalin kerjasama dengan pemerintah Republik Indonesia.
Beberapa negara sahabat tersebut a.l. Serbia, Aljazair, dan China. Sejarah mencatat bahwa Soekarno, mantan Presiden RI pernah memiliki hubungan baik dengan Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito. Data-data dari Serbia menjadi penting, karena negara ini pernah men-jadi bagian dari Yugoslavia.
ARSIP PERBATASAN
Sementara itu, terkait pengumpulan arsip perbatasan, tim ANRI akan meminta bantuan lembaga kearsipan di Portugal untuk berbagi dokumen tentang perbatasan Indonesia dan Timor Timur (sekarang Timor Leste).
“Meskipun hubungan antara Portugal dengan RI dahulu kurang baik, tetapi kami membutuhkan arsip perbatasan dari negara tersebut,” katanya.
Pengumpulan arsip perbatasan, tambahnya, sangat perlu mengingat maraknya klaim perbatasan dari negara tetangga, meskipun sejak dahulu telah diratifikasi sejumlah perjanjian mengenai batas negara.
Mustari menambahkan batas-batas wilayah Indonesia yang telah ditentu-kan sejak dahulu harus dijaga demi kepentingan negara. “Arsip-arsip ini seperti penegasan tentang keberadaan NKRI, termasuk arsip-arsip tentang perbatasan kami kumpulkan. Jangan sampai kita tidak tahu batas-batas wilayah Indonesia,” tegasnya.