Bisnis.com, BRASILIA -- Libya kian terjerembab menjadi negara yang rusuh dan tak memberi rasa aman.
Atas kondisi tersebut, Brasil mengevakuasi staf diplomatiknya dari Libya, Rabu (30/7/2014), di tengah meningkatnya pelanggaran hukum dan kerusuhan, setelah tindakan serupa dilakukan oleh negara-negara Barat lainnya.
Mengutip "memburuknya kondisi keamanan," kata kementerian luar negeri "Pemerintah telah memutuskan untuk memindahkan sementara staf kedutaan Brasil di Tripoli tersebut ke Tunisia," kata pernyataan resmi pemerintah Brasil. "Ini tidak berarti kedutaan akan ditutup," tekan pernyataan tersebut.
Amerika Serikat dan Kanada juga telah menutup kedutaan mereka di Tripoli, sementara beberapa negara termasuk Inggris, Prancis, Jerman dan Mesir menyarankan warga negara mereka selama akhir pekan untuk segera pergi dari negara itu.
Pertempuran antar-milisi yang bersaingan untuk mengendalikan bandara Tripoli dan antara Islamis dengan seorang mantan jenderal pendukungnya di Benghazi, tempat lahirnya revolusi tahun 2011 yang menggulingkan diktator Moamer Gaddafi, telah menewaskan sejumlah orang.
Para pemimpin penting Amerika Serikat dan Uni Eropa Senin menyerukan gencatan senjata di Libya dan PBB agar memainkan peran besar dalam membantu menghentikan aksi kekerasan dan kekacauan yang meningkat.
Imbauan itu datang setelah satu percakapan telepon antara Presiden AS Barack Obama, Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden Prancis Francois Hollande dan perdana menteri Ingris David Cameron dan perdana menteri Italia Matteo Renzi, kata satu pernyataan pemerintah Jerman.
"Lima kepala negara dan pemerintah itu mengecam aksi kekerasan terhadap para warga sipil, intimidasi pada wakil negara dan gangguan bagi proses politik," katanya.
Mereka menyeru PBB "memainkan peran penting dalam membantu proses politik itu" untuk memulihkan stabilitas di Libya.
Para pemimpin itu sepakat tentang perlunya "satu gencatan senjata segera antara milisi-milisi di Tripoli," tambahnya.
Bentrokan di Tripoli, sebagian besar aksi kekerasan sejak pemberontak bersenjata tahun 2012 yang menggulingkan Gaddafi, dimulai dengan serangan 13 Juli oleh kelompok bersenjatata ke bandara itu.
Pertempuran berdarah itu meluas ke kota-kota lainnya dan pada Senin satu kebakaran besar melanda satu depot minyak dekat ibu kota Libya itu, mengancam industri penting minyak di mana banyak pekerja asing telah meninggalkan negara itu.
Aksi kekerasan tersebut menyebabkan PBB dan AS menarik personel-personel mereka dari Libya, sementara negara-negara Barat lainnya mengemukakan kepada warga mereka agar meninggalkan negara itu.
Dalam percakapan telepon, para pemimpin itu juga membicarakan krisis di Ukraina dan Gaza.