Bisnis.com, MOSKOW - Kini ketika pesawat Malaysia Airline MH7 jatuh di wilayah separatis, mata dunia tertuju pada Presiden Rusia, Vladimir Putin. Ia dinilai masih membiarkan keberadaan separatis pro-Rusia yang mengancam keamanan.
Rusia diprediksikan akan kembali mendapatkan sanksi dari dunia Barat, terutama pada sektor perbankan dan energi. Amerika Serikat menuduh Rusia masih membekali para separatis dengan peralatan bersenjata, di saat para separatis menyangkal tuduhan pemerintah Ukraina dengan mengatakan mereka bukanlah pelaku penembakan.
"Jika ada bukti kuat para separatis menembak MH17 dengan menggunakan persenjataan dari Rusia, tekanan dunia pada Putin akan benar-benar hebat," kata analis konflik Carnegie Moscow Centre, Masha Lipman. Menurutnya, kejadian ini harus mengubah cara pandang Barat dan bangsa-bangsa lain di dunia terhadap konflik Ukraina-Rusia.
Menanggapi tuduhan tersebut, Putin menyangkal telah memasok persenjataan untuk kelompok pemberontak. Ia meyakinkan bahwa dirinya tengah mengusahakan perdamaian konflik yang dimulai dengan aneksasinya di Semenanjung Laut Hitam sebelah utara Ukraina, wilayah Krimea.
Pascainformasi jatuhnya pesawat tersebut, Pemerintah Rusia melalui Perdana Menteri Dmitry Medvedev menyampaikan bela sungkawanya.
Sampai saat ini, Putin belum terlepas dari sanksi ekonomi Barat. Ia bahkan mengajak teman-temannya pemimpin BRICS untuk melawan intervensi Barat. Tragedi jatuhnya MH17 tentu mempersulit posisi Putin. Apalagi, ia dihadapkan pada risiko menurunnya performa perekonomian Rusia.