Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KRISIS UKRAINA: Militer Ukraina Diminta Tak Dorong Separatisme

Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier, Sabtu (7/6/2014), mendesak pemerintah Ukraina untuk berhati-hati dalam menggunakan kekuatan militer terhadap separatis pro-Rusia di bagian timur negara itu.
Ilustrasi: Milisi Ukraina Pro-Rusia /Reuters
Ilustrasi: Milisi Ukraina Pro-Rusia /Reuters

Bisnis.com, BERLIN -- Kekhawatiran Ukraina salah menangani aksi milisi pro-Rusia dilontarkan pihak Jerman.

Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier, Sabtu (7/6/2014), mendesak pemerintah Ukraina untuk berhati-hati dalam menggunakan kekuatan militer terhadap separatis pro-Rusia di bagian timur negara itu.

"Hasil operasi militer di Ukraina timur harus tidak memberikan lebih banyak dorongan untuk separatis," kata Steinmeier kepada surat kabar Tagesspiegel am Sonntag dalam inti-berita yang dirilis Sabtu, hari yang sama presiden baru diresmikan di Kiev.

Dalam situasi tegang demikian, ia menambahkan, pihaknya hendaknya menjadi "pintar untuk berhati-hati dalam penyebaran kekuatan militer dan memiliki arti proporsi".

Steinmeier juga mengatakan perilaku Rusia dalam konflik telah "terasa berubah", komentar yang muncul untuk menekankan pentingnya Kiev dan Moskow mengambil tanggung jawab untuk de-eskalasi.

Jerman telah berulang kali menyerukan kepada Kremlin agar membantu menstabilkan Ukraina setelah aneksasi Rusia atas Crimea pada Maret, dan kebuntuan di Ukraina timur antara militer pemerintah dan separatis pro-Rusia.

Selama upacara di Prancis yang menandai peringatan 70 tahun Perang Dunia II D-Day pendaratan di Normandia, Jumat, Kanselir Angela Merkel mengatakan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa Rusia memiliki "tanggung jawab besar" untuk membantu membawa perdamaian ke Ukraina.

Steinmeier juga mengatakan bahwa Rusia harus melakukan apa yang bisa untuk membantu menstabilkan situasi, dan bahwa itu adalah "penting bagi Moskow untuk mendukung secara terbuka integritas wilayah Ukraina, dan menolak semua upaya yang ditujukan untuk perpecahan."

Dia mengatakan, kedua pihak harus mengamankan perbatasan bersama mereka untuk mencegah masuknya senjata dan pejuang dari Rusia.

Presiden baru Ukraina Petro Poroshenko mengirimkan pesan menantang kepada Rusia, Sabtu, dalam pidato pelantikannya sebagai presiden.

Dia mengatakan negara tidak akan pernah menyerahkan Crimea dan tidak akan kompromi mengenai menuju hubungan yang lebih erat dengan Eropa.

Sejak pemilihannya, pasukan pemerintah telah meningkatkan operasi mereka terhadap pemberontak separatis di Ukraina timur yang ingin berpisah dari Kiev dan menjadi bagian dari Rusia.

Tetapi pemberontak telah melawan dan bagian timur Ukraina berubah menjadi zona perang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : News Editor
Editor : Saeno
Sumber : Antara/Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper