Bisnis.com, JAKARTA—Pemerintah memberlakukan jam malam di Mandalay, kota kedua terbesar di Myanmar menyusul terjadinya kerusuhan komunal yang mematikan antara penganut Budha dan Islam.
Dua orang tewas dan sebanyak 14 lainnya luka-luka sejak terjadi kerusuhan mulai Selasa pekan lalu, menurut Aung Kyaw Moe, Menteri Keamaman Urusan Perbatasan Kawasan Mandalay sebagaimana dikutip CNN.com, Senin (7/7/2014).
Kerusuhan itu berawal ketika sekelompok orang menyerang pemilik warung teh yang beragama Islam. Pemilik warung itu dituding telah memperkosa seorang wanita Budha.
Mengutip sejumlah pejabat, koran New Light of Myanmar melaporkan bahwa delapan konflik terpisah terjadi di kawasan itu pada selasa dan Rabu malam pekan lalu. Konflik itu melibatkan kelompok orang yang berjumlah 450 orang dengan bersenjatakan pedang, pisau dan alat pemukul.
Salah satu korban beragama Islam dan korban lainnya beragama Budha, menurut pejabat itu. Myanmar merupakan negara yang mayoritas penduduknya beragama Budha dan Islam hanya sekitar 5%.
Para biarawan radikal Budha, termasuk pemimpin spiritual Gerakan 969, Ashin Wirathu diduga sebagai “pemain utama” yang menyebabkan kerusuhan terakhir, ujar David Mathieson, seorang peneliti senior Human Rights Watch.