Bisnis.com, SYDNEY—Kepercayaan konsumen Australia melorot ke level terendah sejak Agustus 2011, setelah pemerintah memangkas belanja dan memberlakukan pungutan pajak yang baru kepada masyarakat berpenghasilan tinggi.
Westpac Banking Corp. and Melbourne Institute mengumumkan indeks kepercayaan konsumen merosot 6,8% menjadi 92,9 pada Mei tahun ini dari bulan sebelumnya. Survei tersebut dilaksanakan pada 12-17 Mei tahun ini dengan 1.200 responden.
“Penurunan tajam indeks itu merupakan respon dari pemangkasan belanja pemerintah. Kebanyakan respon sepertinya cukup concern dengan efek negatif dari pemangkasan itu terhadap keuangan mereka,” kata Bill Evans, Ketua Ekonom Westpac Banking Corp. di Sydney, Rabu (21/5/2014).
Sebelumnya, pemerintah mengumumkan rencananya untuk memotong belanja sosial dan layanan publik, sekaligus mengenakan pajak terhadap masyarakat berpenghasilan tinggi.
Akibatnya, sebagian besar responden survei tersebut mengeluhkan langkah pemerintah itu tersebut akan berefek negatif terhadap keuangan masyarakat.
Selain angka kepercayaan konsumen, subindeks yang melacak penilaian terhadap keuangan keluarga dibandingkan dengan tahun lalu juga menunjukkan penurunan 11% ke level terendah sejak Juli 2013. Subindeks harapan keluarga terhadap keuangan tersebut terperosok 23% sepanjang 12 bulan terakhir.
“Responden sepertinya berpikiran belanja pemerintah memiliki andil besar terhadap ekonomi dalam jangka menengah,” tambah Evans.
Adapun, subindeks terkait ekspektasi ekonomi 5 tahun ke depan naik 11% sedangkan indeks yang mengindikasikan apakah tahun ini merupakan waktu yang tepat untuk berbelanja juga tumbuh 3,2%.
Sementara itu, Reserve Bank of Australia (RBA) memangkas 2,25% menjadi 2,5% sejak akhir 2011. Lebih lanjut, dalam minutes yang dirilis Mei pada Selasa (20/5), RBA menegaskan pihaknya bakal menjaga suku bunga acuan di level rendah untuk memacu ekonomi.
“Jika kebijakan kebijakan pengetatan fiskal tengah diberlakukan, maka tidak ada ruang bagi RBA untuk menaikkan suku bunga acuannya,” ucap Richard Gibbs, ekonom Macquarie Group Ltd.
Apalagi, tambahnya, tingginya tingkat pengangguran Australia, nilai tukar, dan bujet yang membengkak justru membebani pertumbuhan ekonomi.