Bisnis.com, DONETSK—Kelompok milisi pro-Moskwa di belahan timur Ukraina tidak menghiraukan imbauan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menunda referendum atas daerah yang mereka duduki.
Kelompok ini menyatakan akan tetap bersiap menyelenggarakan referendum pada Kamis pekan depan, sekalipun pemerintah Ukraina sudah memaklumatkan kemungkinan terjadinya perang saudara.
Keputusan kelompok milisi itu kemudian membuat negara-negara Barat yang dipimpin AS menjadi cemas, karena berpotensi membuat Ukraina menjadi terpecah-belah.
Deputi Menteri Luar Negeri AS William Burns menyatakan bahwa himbauan Rusia itu adalah untuk membatalkan cara tidak bertanggung jawab dan berbahaya karena situasi di Ukraina telah menjadi sangat parah.
Di sisi lain, Denis Pushilin, pemimpin milisi Republik Rakyat Donetsk, mengatakan bahwa pemilihan ‘Dewan Rakyat’ akan tetap dilaksanakan sesuai jadwal.
“Perang sipil telah terjadi. Referendum akan menghentikan perang itu dan membuka peluang proses politik,” ujarnya kepada reporter, seperti dilansir Reuters, Jumat (9/5/2014).
Pakar politik internasional mengatakan bahwa Putin mungkin saja berharap referendum benar terjadi meskipun dia telah mencegahnya, sembari menunjukkan bahwa kelompok milisi bukanlah di bawah komandonya.
Dengan memberi jarak antara proses itu dengan Rusia, Putin juga mungkin berharap tidak lagi dijatuhi sanksi oleh Barat.