Bisnis.com, JAKARTA - Seperti yang diragukan sebagaian kalangan sejak awal, konvensi calon presiden (capres) Partai Demokrat, pada akhirnya menghasilkan persoalan baru kalau tidak mau disebut sebagai usaha yang sia-sia.
Persoalan baru muncul ketika sebagian peserta konvensi sendiri kebingunan terkait hasil akhir dari ajang yang disebut-sebut sebagai upaya menjaring aspirasi rakyat.
Seperti kendaraan yang kehabisan bahan bakar, putaran roda konvensi tampaknya mulai melemah.
Tidak heran kalau Dahlan Iskan, yang dalam sejumlah survei merajai raihan suara tertinggi dari 11 peserta konvensi, mengusulkan agar konvensi itu dibubarkan saja. Tentu Dahlan punya alasan sendiri sebagai peserta konvensi.
Meski agak malu-malu, Ketua DPR Marzuki Alie pun mulai mempertanyakan kelanjutan konvensi tersebut kepada Dewan Pembina Partai Demokrat. Sejumlah peserta konvensi lainnya nyaris tak terdengar lagi kiprahnya dalam mensosialisasikan visi dan misi partai setelah hitungan cepat pemilu legilatfi pada 9 April lalu diketahui publik.
Anggota Dewan Kehormatan Partai Demokrat yang juga Wakil Ketua MPR Melani Leimena, ketika ditanyakan soal kelanjutan konvensi, secara jujur mengakui sudah tidak mungkin konvensi itu menghasilkan capres.
Pasalnya, raihan suara Partai Demokrat tidak sampai 11%, apalagi 25% untuk dapat mengsung sendiri capres pada Pemilu 2014. Harapan yang tersisa adalah mengajukan pemenang konvensi untuk disandingkan dengan capres dari partai lain, ujarnya.
Tidak heran pula kalau Direktur Lingkaran Masyarakat Madani (Lima), Ray Rangkuti menilai konvensi itu hanya menjadi ‘bahan mainan’.
Alasannya, konvensi semata hanya urusan meningkatkan elektoral sehingga kalau elektoralitas tidak naik, maka konvensi bubar.
"Saya tidak habis pikir dengan cara berpikir seperti ini. Konvensi dibuat atas kepentingan elektoral. Jelas tidak ada niat baik dari awal," ujarnya dalam satu kesempatan.
Menurutnya, sejatinya konvensi dibuat untuk menjaring aspirasi masyarakat tentang siapa yang layak dicalonkan sebagai capres atau cawapres.
Dengan demikian, apakah sang capres bisa dicalonkan sendiri atau tidak, seharusnya bukanlah menjadi ukuran. Ukurannya seharusnya adalah masyarakat dapat menilai visi, misi dan program, baru kemudian menyatakan bahwa nama-nama tertentu pantas didorong untuk jadi capres.
Kendati demikian, tentunya publik berharap jika pun akhirnya konvensi dihentikan, setidaknya Partai Demokrat mengumumkan siapa nama capres yang paling tinggi elektabilitasnya di antara ‘kesebelasan’ capres tersebut. Apalagi sejumlah kegiatan konvensi juga telah digelar di beberapa daerah.
Konvensinya boleh saja berakhir, tetapi hasilnya seharusnya tetap diumumkan. Jika tidak, konvensi Partai Demokrat hanya sebatas sandiwara elektoral yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kalau tidak mau disebut ‘main-main’.
Apalagi, kalau ternyata sang capres maupun cawapres yang diajukan Partai Demokrat nantinya adalah pemain di luar lapangan alis tokoh yang bukan peserta konvesni.
Ke Mana Ujung Konvensi Capres Demokrat?
Seperti yang diragukan sebagaian kalangan sejak awal, konvensi calon presiden (capres) Partai Demokrat, pada akhirnya menghasilkan persoalan baru kalau tidak mau disebut sebagai usaha yang sia-sia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : John Andhi Oktaveri
Editor : Sepudin Zuhri
Topik
Konten Premium