Bisnis.com, WASHINGTON -- Kabar soal kemungkinan pembebasan analis intelijen Amerika Serikat yang menjadi mata-mata Israel hingga saat ini belum menjadi kenyataan.
Gedung Putih, Selasa (1/4/2014) waktu setempat, mengatakan Presiden AS Barack Obama belum membuat keputusan untuk membebaskan Jonathan Pollard, tersangka mata-mata Israel-Amerika.
Semula dikabarkan bahwa pembebasan Pollard merupakan bagian dari upaya untuk menyelamatkan pembicaraan perdamaian Palestina-Israel.
"Apa yang akan saya katakan kepada Anda ialah Presiden belum membuat keputusan untuk membebaskan Jonathan Pollard," kata Juru Bicara Gedung Putih Jay Carney dalam taklimat harian.
Sementara itu Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengakhiri kunjungan singkat ke Jerusalem untuk berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Ketua Perunding Palestina Saeb Erekat.
Israel menawarkan untuk membebaskan 400 lebih tahanan Palestina termasuk tahanan Arab-Israel dan "membekukan tender pemerintah untuk membangun rumah di permukiman Yahudi" sebagai imbalan bagi pembebasan Pollard.
Pollar, mantan pengulas intelijen sipil bagi Angkatan Laut AS, telah dipenjarakan sejak 1987 karena menjadi mata-mata buat Israel.
Israel telah melakukan lobi selama bertahun-tahun bagi pembebasan Pollard dan memberi dia kewarganegaraan Israel pada 1995.
"Jonathan Pollard dihukum karena kegiatan mata-mata dan ia sedang menjalani hukumannya," kata Carney, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Rabu (2/4) petang.
"Saya tak memiliki perubahan lain apa pun untuk saya berikan kepada Anda mengenai status Pollard."
"Tentu saja, ada banyak kejadian di bidang itu dan, Anda tahu, saya takkan memasuki pembahasan yang sedang berlangsung," tambah Carney.
Sebagian anggota parlemen AS, di antara mereka terdapat ketua Komite Intelijen di Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Senat, Selasa, menyampaikan penentangan bagi pembebasan Pollard.
Pembicaraan perdamaian Palestina-Israel, yang dimulai kembali pada akhir Juli tahun lalu, berada di ambang keambrukan.
Israel menolak untuk membebaskan kelompok terakhir 26 tahanan sebagaimana disepakati berdasarkan persetujuan dengan Palestina untuk melanjutkan pembicaraan tersebut.
Amerika Serikat memusatkan upayanya pada perpanjangan pembicaraan itu sampai lewat tenggat 29 April, hingga akhir tahun ini.
Sementara itu, Palestina mengancam menghentikan perundingan kecuali Israel membebaskan tahanan.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Selasa, mengatakan akan menandatangani permintaan untuk bergabung dengan 15 badan PBB dan kesepakatan internasional sebagai tanggapan atas penundaan Israel membebaskan kelompok terakhir tahanan Palestina.
Abbas mengeluarkan pernyataan tersebut selama pertemuannya dengan anggota pimpinan Palestina di Kota Ramallah, Tepi Barat Sungai Jordan.
Keputusan Abbas itu diambil setelah Amerika Serikat gagal meyakinkan Israel agar membebaskan sisa tahanan Palestina dari beberapa penjara Israel.
Dengan menandatangani kesepakatan internasional, terutama Konvensi Jenewa Keempat, Palestina dapat mengajukan keluhan dan tuntutan hukum terhadap pelanggaran hak asasi manusia oleh Israel dan kegiatan permukiman.