Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indeks Kesulitan Ekonomi Jepang Diprediksi Meningkat

Indikator kesulitan ekonomi Jepang kemungkinan bakal meningkat ke level tertinggi selama 33 tahun ditengah kenaikan pajak penjualan dan harga serta stagnannya upah.

Bisnis.com, TOKYO— Indikator kesulitan ekonomi Jepang kemungkinan bakal meningkat ke level tertinggi selama 33 tahun ditengah kenaikan pajak penjualan dan harga serta stagnannya upah.

Berdasarkan survei median Bloomberg Indeks kesulitan ekonomi yang memasukkan faktor angka pengangguran dan inflasi diprediksi tumbuh hingga 7% pada kuartal I/2014. Patut diketahui, peride tersebut merupakan momen ketika Jepang menaikkan pajak penjualan menjadi 8% dari 5%.

Jika hal itu terjadi, level itu akan menembus rekor tertinggi sejak Juni 1981 ketika Jepang mulai pulih dari depresi ekonomi akibat tekanan minyak.

Indeks kesulitan merupakan indikator yang diciptakan oleh ekonom Amerika Arthur Okun untuk mengukur standar hidup suatu negara. Indeks kesulitan Jepang berada pada level 5,1% pada Januari 2014, sedikit terkoreksi jika dibandingkan 5,4% pada November tahun lalu.

Bank of Japan mengguyur stimulus moneter untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan meraih target inflasi 2% menyusul depresiasi yen hingga 6,8% pada tahun lalu. Apalagi, standar upah Jepang juga masih berjalan stagnan.

“Inflasi semakin tinggi. orang-orang yang menilai positif mengenai inflasi adalah keluarga yang terlahir di keluarga kaya dan belum pernah mengalami kesulitan ekonomi yang diakibatkan inflasi,”kata Kiyoshi Ishigane, analis senior Mitsubishi UFJ Asset Management Co. di Tokyo, Rabu (12/3).

Yen diperdagangkan di Tokyo pada 102,94 dollar pada 10.31 a.m. Mata uang negara Matahari Terbit itu sempat terjungkal 18% tahun lalu sehingga memacu kenaikan inflasi melalui naiknya harga barang impor. Depresiasi yen tercatat menembus rekor terlemah sejak 1979.

Harga konsumen terakselerasi 1,4% pada Januari 2014 dari periode yang sama tahun lalu. Tingginya inflasi Januari tahun ini menyusul kenaikan inflasi pada bulan sebelumnya yang mencapai 1,6%.

Imbal hasil obligasi Jepang 10 tahunan berada pada 0,625, nilai terendah di pasar obligasi global. “Saya yakin pasar obligasi masih cukup elastic,”ungkap Ishigane.

Jepang mulai menaikkan pajak penjualan untuk mengimbangi kenaikan biaya kesejahteraan masyarakat menyusul meningkatnya populasi yang mulai menua. Rasio pajak dan belanja sosial dari pendapatan nasional diperkirakan meningkat menuju rekor tertinggi.

Kementerian Keuangan memperkirakan rasio pajak dan biaya sosial terhadap pendapatan nasional meningkat 41,6% pada tahun fiskal yang dimulai 1 April 2014.

“Kita membutuhkan upah yang lebih tinggi untuk mengimbangi beban sosial tersebut. Ketika inflasi mulai tumbuh signifikan, nilai dana pensiun yang diterima masyarakat akan berkurang,”ucap Hidenori Suezawa, analis pasar finansial dan fiskal SMBC Nikko Securities Inc.

Meskipun begitu, pemerintah masih belum menentukan sikap apakah akan melanjutkan rencana penaikan pajak penjualan kedua kalinya menjadi 10% pada 2015.

Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe akan memberikan acuan pertumbuhan ekonomi pada Juni mendatang setelah menyetujui anggaran tambahan senilai 5,5 triliun yen untuk mengimbangi kenaikan pajak.

“Kenaikan pajak berpengaruh terhadap meningkatnya inflasi,”Yasunari Ueno, Ketua Ekonom Mizuho Securities Co.

Menurutnya, ketidakstabilan perekonomian Jepang akan menjadi pertimbangan utama pemerintah untuk menunda rencana kenaikan pajak. (Bloomberg/Amanda K. Wardhani)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper