Bisnis.com, BRUSSELS — Panglima NATO berusaha menurunkan tensi ketegangan krisis Ukraina dengan mengatakan bahwa militer Sekutu tidak memiliki rencana untuk merespon intervensi Rusia di Crimea dan terus mengusahakan resolusi damai untuk mengatasi krisis itu.
“Tidak ada alasan bagi Sekutu dan Rusia untuk memperebutkan masa depan Ukraina. Saya pikir kami berdua menginginkan hal yang sama, yaitu Ukraina yang sejahtera, stabil dan damai,” ujar Panglima Tertinggi Tentara Aliansi merangkap Panglima Militer AS di Eropa Philip Breedlove kepada ketika diwawancara Reuters dan The Wall Street Journal, Kamis (27/2/2014).
“Apa yang kita perlukan saat ini, dengan cara yang lembut, adalah mengetahu apa yang sebenarnya terjadi sehingga bisa memahami apa yang Rusia lakukan dan bagaimana hal itu berdampak pada kawasan tersebut,” lanjutnya.
Ketika disinggung mengenai kemungkinan intervensi militer Rusia di Crimea, Breedlove mengatakan bahwa semua pihak pasti cemas akan peristiwa itu, namun saat ini hal tersebut bukan masalah utama.
Dia hanya mengatakan pendudukan gedung parlemen di Simferopol, ibu kota Provinsi Crimea, sebagai situasi yang bermasalah, dan menambahkan, “Kami, seperti semua negara anggota NATO, menginginkan resolusi damai atas semua yang telah terjadi di Ukraina.”
Breedlove menuturkan baik AS maupun 28 negara NATO lain sama sekali tidak mempersiapkan rencana untuk merespon apabila Rusia memobilisasi militernya di Crimea. NATO, lanjutnya, juga tidak akan terpancing untuk menggerakkan perlengkapan militer meski tensi di Ukraina meningkat.
“Tidak, tidak, kami tidak akan mengambil tindakan apa-apa. Seperti semua orang, apa yang kami lakukan hanya memantau. Kami sedang berusaha keras memahami apa yang sebetulnya terjadi,” ujarnya.
Dia mengungkapkan pihaknya telah melakukan kontak secara terbuka dan terus-menerus, baik dengan Panglima Militer Rusia Valery Gerasimo maupun Admiral Yury Ilyin, Panglima Militer Ukraina yang baru.