Bisnis.com, JAKARTA -Para pemimpin di Indonesia dinilai gagal dalam mengurus negeri yang kaya raya dengan sumber daya alam (SDA). Akibatnya, tidak sedikit kepala negara dan wakil rakyat mengakhiri karir politiknya di balik jeruji besi.
Pernyataan itu disampaikan Pakar Psikologi Politik, Hamdi Muluk di Auditorium Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) Salemba, Sabtu (18/1/2014).
“Negeri ini kurang apa? Sumber daya alam melimpah. Ini jelas salah urus. Dua kemungkinannya, kita tidak punya sistem yang baik untuk mengurus negeri ini dan pengurusnya brengsek,” papar Hamdi.
Pihaknya mengatakan partai politik (parpol) dinilai gagal merekrut orang-orang baik. Ditambah persoalan kian bobroknya pola perekrutan, wakil rakyat harus merogoh kocek minimal Rp500 juta dan maksimal Rp2 miliar jika ingin duduk di kursi parlemen.
Kebobrokan sistem dan kegagalan parpol merekrut orang-orang baik dibuktikan dengan banyaknya pejabat publik seperti ketua lembaga negara, gubernur, bupati, walikota, anggota DPR, ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena tindak pidana korupsi.
Hamdi mengatakan Indonesia hanya perlu sekitar 1.300 orang baik untuk mengurusi urusan publik atau urusan rakyat. Jumlah orang itu merupakan akumulasi dari pejabat-pejabat pubik yang menduduki posisi penting di lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif dari tingkat pusat hingga daerah.
“Jika menggunakan ilmu psikologi, itu perlu direkrut. Gampang-gampangnya ada rekruter. Masalahnya pemain paling dominan (rekruter) adalah partai politik. Dan repotnya, parpol juga brengsek,” kata Hamdi.
Guru besar Universitas Indonesia ini mengatakan kebobrokan parpol dalam merekrut orang-orang kurang bermutu dimulai dari maraknya kalangan artis yang dipinang parpol untuk menjadi wakil rakyat. Sementara, background artis sendiri kadang tidak paham politik itu sendiri.
Parpol hanya memilih kepopuleran artis untuk mendulang suara. Padahal DPR dan DPRD memiliki tugas dan wewenang besar dalam mengurus negara semacam anggaran, undang-undang, dan lain sebagainya.
“Ada baiknya tidak perlu banyak parpol. Sedikit parpol tapi orang-orang di dalamnya berkualitas,” papar dia.