Bisnis.com, SEMARANG- Pemerintah provinsi Jawa Tengah melalui Badan Penanaman Modal Daerah (BPMD) telah mengeluarkan izin prinsip pengembangan industri 2014 dengan total nilai investasi mencapai Rp16 triliun.
Kepala BPMD Jateng Yuni Astuti memastikan izin prinsip yang dikeluarkan olehnya akan ditindaklanjuti dengan realisasi pengembangan industri sejumlah perusahaan.
Total pengajuan investasi Rp16 triliun itu didominasi penanaman modal dalam negeri yang tercatat hingga akhir semester III/2013, baik investasi baru maupun pengembangan industri.
"Dari izin prinsip, yang sudah kami cover dari laporan semester III/2013 ada Rp16 triliun. Artinya kalau izin prinsip keluar 2013 maka akan membangun pada 2014-2015," ujarnya, Jumat (3/1/2014).
Yuni menuturkan industri yang mendominasi investasi Jateng masih dikuasai sektor tekstil dan produk tekstil (TPT), produk kayu dan produk manufaktur untuk pengembangan di wilayah Semarang, Kendal, Solo dan Boyolali.
Menurutnya, peluang menarik investor masih sangat terbuka luas didukung dorongan sejumlah pihak untuk menuntaskan pembenahan infrastruktur.
"Kalau fokus pemerintah dan pelaku industri fokus kesana [pembenahan infrastruktur] maka gear ekonomi bisa bergerak," ujarnya.
Wakil Ketua DPD Apindo Jateng Bidang Hukum dan Advokasi Agung Wahono berharap pengembangan industri di Jateng tidak terkendala perizinan dan pasokan energi listrik.
Dia mengatakan sejumlah perusahaan sudah menyasar wilayah Jateng sebagai tempat pengembangan industri namun masih menunggu kepastian pasokan energi untuk kelancaran produksi.
"Kebutuhannya paralel, antara perusahaan yang mau masuk dengan ketersediaan energi. Sejauh ini sudah ada yang mengajukan namun masih antre soal listrik," tuturnya.
Sejumlah perusahaan TPT katanya telah menyasar wilayah Kabupaten Semarang, Kendal, Boyolali dan Demak. Apindo sendiri mendesak pemprov menuntaskan pembenahan ruas jalan utama arus barang juga infrastruktur pelabuhan Tanjung Emas.
Sementara itu, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo optimistis 2014 merampungkan pembenahan infrastruktur utama seperti jalan antarkabupaten/kota dan pemenuhan energi listrik di semua wilayah.
"Saya berharap PLTU Batang yang krusial itu segera realisasi walaupun memang kontroversi. Kebutuhan energi sementara didukung pembangkit dan sumber energi yang sudah ada," katanya.
Seperti diketahui, kebutuhan energi listrik di Jateng akan mengalami masa kritis pada 2016-2017 dengan perkiraan defisit energi listrik mencapai 3%. Pembenahan pembangkit di Tambak Lorok Semarang dan pembangunan PLTU Batang sangat mendesak untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakat.
"Jika pasokan listrik memenuhi, maka industri juga ikut tumbuh dan investasi berkembang sehingga tingkat ekonomi masyarakat bisa terpacu," pungkas Ganjar.