Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Dolar AS Melemah Jelang Data Ekonomi ke Luar

Dolar AS terus melemah terhadap nilai tukar euro sebelum data perekonomian yang kemungkinan besar mengisyaratkan sebuah pemulihan yang tidak pasti keluar hari ini.
John Andhi Oktaveri
John Andhi Oktaveri - Bisnis.com 27 November 2013  |  11:21 WIB
Dolar AS Melemah Jelang Data Ekonomi ke Luar

Bisnis.com, JAKARTA— Dolar Amerika Serikat hari ini, Rabu (27/11/2013) melemah pada sebagian besar mata uang negara di kawasan Asia Pasifik, sebelum data perekonomian AS mengisyaratkan pemulihan yang tidak pasti dipublikasikan malam ini.

Dengan kondisi itu, peluang bank sentral AS untuk memperketat stimulus moneter pada tahun 2013 menjadi kecil.

Indeks Dolar AS Bloomberg melemah menjelang keluarnya data tenaga kerja yang diperkirakan menunjukkan klaim tunjangan pengangguran meningkat. Sedangkan pesanan terhadap produk berdaya tahan lama menurun, meski sentimen konsumen AS membaik.

Sementara itu, nilai euro tetap kuat di tengah spekulasi laporan pekan ini yang akan menunjukkan peningkatan inflasi. Kondisi itu menyebabkan kecilnya peluang bagi bank sentral Eropa untuk memperpanjang pelonggaran moneter.

“Mencermati data perekonomian AS akhir-akhir ini, perekonomian tidak cukup kuat untuk dijadikan pedoman bagi bank sentral untuk memperketat stimulus moneter pada Desember ini,” ujar Yujiro Goto, seorang senior currency strategist pada Nomura International Plc di London sebagaimana dikutip Bloomberg, Rabu (27/11/2013).

Dolar AS sedikit menguat ke $1,3570 per euro pada pukul  12.10 waktu Tokyo atau 10.10 WIB sejak kemarin setelah turun 0,4%. Nilai tukar itu dibeli dengan harga 101,39 yen setelah turun 0,4% menjadi 101,28 di bursa New York atau satu penurunan pertama dalam empat hari.

Pantauan pada pukul 11.10WIB dari Bloomberg Dollar Index, dolar AS melemah atas mata uang di sembilan negara dari 14 negara, termasuk rupiah.

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bloomberg

Editor : Linda Teti Silitonga

Artikel Terkait



Berita Terkini

Terpopuler

Banner E-paper
back to top To top