Bisnis.com, JAKARTA—Konvensi calon presiden Partai Demokrat 2014 kehilangan pamor, menyusul terus meningkatkan popularitas tokoh idola publik seperti Jokowi.
Meredupnya hingar-bingar konvensi capres partai berlambang Segitiga Mercy itu, terungkap dari hasil survei yang dilakukan oleh Indonesia Indicator terhadap 337 portal berita online.
Direktur Komunikasi Indonesia Indicator Rustika Herlambang mengatakan berdasarkan hasil survei yang dilakukan secara real time selama tujuh hari kali 24 jam dengan menggunakan perangkat lunak crawler (robot), terlihat bahwa pemberitaan mengenai Konvensi Demokrat terus mengalami penurunan.
"Awalnya pemberitaan mengenai Konvensi Demokrat pada April 2013 masih menunjukkan tren naik," katanya di Jakarta, Kamis (21/11/2013) petang seperti dikutip Antara.
Pada Juli lalu ada sekitar 2.000 pemberitaan menghiasi media massa terkait konvensi Demokrat. Puncaknya terjadi pada Agustus 2013.
"Selama Agustus tercatat ada 4.000-an pemberitaan mengenai konvensi Demokrat. Tetapi setelah itu, tren-nya terus menurun," papar Rustika.
Indonesia Indicator juga mencatat selama September ada sekitar 3.000 pemberitaan tentang konvensi Demokrat. Namun pada Oktober hanya tercatat 500 pemberitaan yang muncul, padahal waktu penyelenggaraan pemilu tinggal 6 bulan lagi yakni April 2014.
"Di akhir bulan ini, sampai Rabu (20/11/2013) saja, baru ada sekitar 400 berita soal konvensi di media massa. Artinya, diprediksi kuat jumlah pemberitaan bulan ini akan lebih sedikit lagi. Padahal, Konvensi sendiri baru akan ditutup pada Mei 2014," tuturnya.
Konvensi partai yang didirikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama, September- Desember 2013. Dalam tahap ini, para peserta konvensi tidak dilakukan debat antarkandidat. Tahap kedua, Januari-Mei 2014, semua peserta menjalankan kegiatan konvensi termasuk debat antarkadidat.
Konvensi capres Demokrat diikuti 11 peserta yakni anggota Badan Pemeriksa Keuangan Ali Masykur Musa, Rektor Paramadina Anies Baswedan, Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan dan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat Dino Patti Djalal.
Selain itu, mantan Panglima TNI Endriatono Sutarto, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, anggota Dewan Pembina Demokrat Hayono Isman, Ketua DPD Irman Gusman, Ketua DPR Marzuki Alie, mantan KSAD Jenderal (Purn) TNI Pramono Edhie dan Gubernur Sulawesi Utara Sinyo Harry Sarundajang.
FAKTOR JOKOWI
Rustika melihat menurunnya animo pers, sementara jalan menuju puncak acara masih panjang, merupakan ancaman kegagalan penyelenggaraan konvensi.
Menurutnya, penurunan ekspose konvensi seiring dengan penurunan ekspose Partai Demokrat di media massa. Di sisi lain ekspose Demokrat dan kasus-kasus korupsi justru memperlihatkan kenaikan.
"Penolakan Jokowi, Mahfud MD dan Jusuf Kalla untuk ikut Konvensi Partai Demokrat, juga turut membuat melemahnya ‘efek magnet’ konvensi di benak publik," tandasnya.
Menurunnya pamor Konvensi Partai Demokrat, lanjutnya, bisa juga terkait dengan meningkatnya elektabilitas dan popularitas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) sebagai kandidat kuat capres 2014 yang dihasilkan dari berbagai lembaga survei.
“Pada beberapa pemberitaan, penilaian terhadap Konvensi Partai Demokrat diperbandingkan langsung atau dihadap-hadapkan dengan Jokowi,” tuturnya.
Yang juga tidak dinafikan, tambah Rustika, adalah komentar sejumlah pengamat yang menilai rendahnya mutu konvensi. “Kecenderungan pemberitaan yang menurun, bahkan diliputi isu negatif merupakan tantangan besar Partai Demokrat saat ini.”