Bisnis.com, WASHINGTON - China, kreditor asing AS terbesar, mendesak para pembuat kebijakan di AS untuk menaikkan batas utang Rabu (17/10). Namun tim lobi dari fraksi Republik tidak mengindahkan pernyataan tersebut.
Sebagai negara dengan ekonomi terbesar di dunia dan pemegang mata uang utama, AS harus bertanggungjawab dan mengambil langkah nyata sebelum 17 Oktober untuk menghindari gagal bayar.
Di sela pertemuan dengan wartawan di Beijing kemarin, Wakil Menteri Keuangan China Zhu Guangyao mengungkapkan hal tersebut sebagai “sikap mengganggu dari tim lobi”.
Parlemen sepakat dengan tim lobi untuk tidak menanggapi saran China tersebut, meskipun datangnya dari negara yang menguasai sekitar 25% obligasi luar negeri AS yakni sebesar US$1,28 triliun per Juli.
“Mereka tidak perlu mengurusi sistem politik kita,” kata Blake Farenthold, politikus Republik dari Texas yang mendukung tim lobi, dalam satu wawancara, seperti dikutip Bloomberg (16/10). Kritik dari China itu juga dipandang sebagai ancaman. "Saya menolak segala bentuk pernyataan yang sifatnya menghina tim pelobi," kata Ted Yoho, politikus Partai Republik dari Florida.
Keinginan China sebagai ekonomi terbesar kedua dunia itu menunjukkan pentingnya keberadaan obligasi AS di pasar finansial global. Obligasi itu dipandang sebagai investasi aman bagi banyak negara untuk mengurangi risiko dan setiap keraguan terhadap kemampuan AS untuk membayar utang dapat mengguncang investor.
Hasil investasi obligasi bertenor 10 tahun yang menjadi acuan itu naik ke posisi tertinggi tiga pekan yakni sebesar 2.73% kemarin. Sementara indeks Standard & Poor 500 turun sebesar 0.7% sebagai upaya mencapai kesepakatan atas batas utang yang belum final.
Pasca penutupan pasar, peringkat AAA kredit AS ditempatkan pada rating negatif oleh Fitch Ratings. (t11/renat sofie)
China Tekan AS Naikkan Batas Utang
China sebagai penegara pemegang sekitar 25% obligasi luar negeri AS mendesak pembuat kebijakan di AS untuk menaikkan batas utang paling lambat Rabu (17/10/2013)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium