Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inilah 3 Hal yang Membuat Biaya Hidup Mahal di Tokyo

Bisnis.com, TOKYO--Sebagai negara asal beberapa pabrikan motor terkemuka di dunia, ternyata tidak banyak orang Jepang yang menggunakan motor.

Bisnis.com, TOKYO--Sebagai negara asal beberapa pabrikan motor terkemuka di dunia, ternyata tidak banyak orang Jepang yang menggunakan motor.

Populasi motor tidak di Tokyo tak tampak seberapa banyak jika dibanding di Indonesia, apalagi dengan sepeda motor di Jakarta, yang mayoritas adalah merek dari Negeri Sakura.

Di berbagai tempat parkir di sudut kota masih jauh lebih banyak sepeda dibandingkan dengan motor. Inilah salah satu keunikan Jepang.

Menurut Liana, seorang pemandu wisata PT JTB Indonesia, orang Jepang memang lebih suka pergi dengan kereta dan setidaknya berjalan kaki 2-3 jam setiap hari.

"Padahal rumah mereka jauh, bisa satu sampai dua jam dengan naik kereta," katanya, Jumat (11/9). Selain kereta, bus juga menjadi kendaraan favorit.

Jika di Jakarta taksi adalah kendaraan umum biasa yang terjangkau kalangan menengah ke atas, berbeda dengan di Tokyo, kota metropolitan terpadat di dunia.

Taksi termasuk kendaraan mewah karena tarifnya yang mahal. Jarang dijumpai taksi di bandara udara internasional Narita, karena baya Narita-Tokyo bisa menghabiskan 30.000 yan-40.000 yen atau sekitar Rp3,5 juta-Rp5 juta.

Sementara itu jika menggunakan bus, yang paling banyak dilayani Friendly Airport Limousine, biayanya 3.000 yen atau kisaran Rp350.000 per orang. Naik kereta lebih murah, hanya 1.000 yen atau sekitar Rp119.000.

Menurut Liana, terdapat tiga hal mahal di Tokyo yakni ruang lingkup atau space, tenaga kerja, dan transportasi.

Rata-rata tempat tinggal di Tokyo, seperti apartemen, berukuran kecil dan sering tidak ada tempat untuk parkir. Biaya parkir bisa mencapai 600 yen per jam.

Rumah tapak di Tokyo juga sering tidak punya tempat parkir, karena masyarakat lebih memilih angkutan umum.

Kedua adalah tenaga kerja manusia. Sebagai gambaran, sekaleng kopi di vending machine dijual 120 yen, namun jika dijual di kafe dengan layanan manusia bisa mencapai 300 yen-400 yen.

Saat ini di Jepang banyak mesin-mesin otomatis yang menggantikan tenaga manusia karena lebih murah. "Apapun yang menggunakan tenaga manusia cost-nya tinggi. Kita jarang melihat orang menganggur, semuanya sibuk karena kalau tidak kerja tidak akan ada kana-kiri yang membantu," ceritanya.

Hal mahal ketiga adalah transportasi atau kendaraan yang juga berkaitan dengan ruang. Transportasi massal adalah solusi di Jepang.

Pada saat rush hours yang seringnya terjadi saat para pekerja berangkat, 1 meter persegi di dalam kereta bisa dijejali 15 orang.

Kepadatan penumpang kereta itu kadang dimanfaatkan pria-pria iseng dengan melakukan pelecehan seksual di atas kereta. Namun, pemerintah Jepang sangat protektif dengan menerapkan undang-undang khusus.

Pria yang tertangkap basah melakukan aksi di kereta bisa diajukan ke pengadilan dan diminta biaya ganti rugi, mencapai 200.000 yen. Uang itu diserahkan kepada korban.

Pelaku pelecehan seksual juga akan langsung dipecat dari perusahaan tempat kerjanya karena dianggap melakukan perbuatan yang memalukan.

Ada kalanya undang-undang itu dimanfaatkan perempuan yang mencari uang dengan menuduh orang melakukan tindakan pelecehan seksual. Menurut Liana, kasus seperti ini bisa jadi cerita yang cukup menarik di Tokyo.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Ismail Fahmi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper