Bisnis.com, JAKARTA— Isu soal putusan bank sentral AS yang mempertahankan stimulus moneternya sehingga Indonesia harus menyesuaikan diri menjadi sorotan utama berbagai media nasional hari ini, Senin (23/9/2013), selain isu tekanan terhadap pasar obligasi yang mulai kendur serta langkah pengusaha yang mulai ekspansi.
RI Harus Sesuaikan Diri
Perekonomian dunia memasuki fase baru. Perekonomian negara maju menguat meski tidak seperti yang diharapkan. Adapun pertumbuhan ekonomi negara berkembang melambat. Menuju keseimbangan baru tersebut, Indonesia harus menyesuaikan diri (KOMPAS).
Tekanan Pasar Obligasi Mengendur
Tekanan ke pasar obligasi mulai kendur. Keputusan bank sentral AS mempertahankan program stimulus moneter, juga manjur menimbulkan euforia di pasar obligasi. Akibatnya surat utang negara pun bergerak naik. (KONTAN).
Fokus Benahi Infrastruktur
Hasil riset lembaga energi internasional Wood Mackenzie mengungkapkan, akibat membengkaknya konsumsi energi, Indonesia diprediksi akan menjadi pendorong utama defisit BBM di Asia pada 2018. Sementara kebijakan the Fed menunda penarikan stimulus dari negara –negara emerging market hanya bersifat sementara jangka pendek (NERACA).
Perusahaan Tetap Ekspansi
Meski diterpa gejolak pelemahan rupiah, kenaikan suku bunga bank, inflasi tinggi, dan penurunan daya beli, kalangan pengusaha besar tetap ekspansi tahun ini dan tahun depan. Sektor barang konsumsi bahkan diyakini kebal dari turbulensi ekonomi di dalam negeri, yang terlihat dari permintaan produk yang masih tinggi (INVESTOR DAILY).
Saham Empat Sektor Prospektif
Kinerja saham sektor perbankan, properti, konstruksi, dan emiten produsen semen diprediksi mengalami peningkatan dalam beberapa pekan ke depan hingga akhir tahun ini. Sentimen positif dari ditundanya pengurangan stimulus oleh bank sentral AS dan ekspektasi membaiknya kondisi makro ekonomi Indonesia akan mendorong peningkatan saham di keempat sektor tersebut (INDONESIA FINANCE TODAY).