Bisnis.com, BATAM – Thailand tengah menjajaki Kota Batam menjadi kawasan tujuan investasi pengembangan industri otomotif akibat semakin tingginya upah buruh di negara tersebut.
Rencana pengembangan investasi tersebut terungkap dalam kunjungan Duta Besar Thailand untuk Indonesia H.E Paskorn Siriyaphan ke Gedung Badan Pengusahaan (BP) Batam, Rabu (18/9/2013). Dalam kunjungan tersebut Dubes Thailand diterima Deputy Pengawas dan Pengendalian Asroni Harahap serta Direktur PTSP & Humas BP Batam Dwi Djoko Wiwoho.
Asroni mengatakan, kunjungan Paskorn Siriyaphan berkaitan dengan rencana pengembangan investasi para pengusaha di negri gajah putih tersebut. “Mereka menjajaki keinginan investor di Thailand untuk menanamkan modal di Batam,” ujarnya usai pertemuan.
Menurut Asroni, dari sejumlah sektor industri yang dijajaki, Dubes yang mulai bertugas di Indonesia baru sejak tahun lalu itu memberikan penekanan pada sektor otomotif. “Antara lain mereka tadi nanya industri otomotif, mereka kan kuat di situ. Mereka tentu mau industrinya tetap kompetitif di sektor ini,” kata dia.
Badasarkan catatan Bisnis, otomotif merupakan salah satu sektor dari lima perusahan asal Thailand yang telah berkonsultasi ke BKPM pada pertengahan tahun lalu. Pada awal Juni 2012, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) kedatangan lima perusahaan asal Thailand yang bergerak di bidang infrastruktur, keuangan, realestat, dan komponen otomotif.
Kelimanya meminta informasi detail mengenai peluang investasi di Indonesia. Kelima perusahaan tersebut adalah Team Consulting Engineering of Management Co. Ltd yang bergerak di bidang penyediaan air minum, Pruksa Real Estate, penyedia body part otomotif Sumit Autobody, dan Krug Thai Bank di bidang perbankan. Namun menurut Asroni, Dubes Paskorn Siriyaphan tidak menyebutkan apakah kunjungannya tersebut ada kaitannya dengan rencana investasi kelima perusahaan itu atau tidak.
Lebih lanjut Asroni mengatakan, rencana para investor Thailand menanamkan modal ke Batam paling dipengaruhi semakin tingginya biaya produksi di negara tersebut, khususnya dalam hal upah. “Mereka mempelajari bahwa di sini masih lebih murah dan padat karya,” ujarnya.
Dubes Paskorn Siriyaphan, sambung Asroni, mengatakan upah buruh di Batam masih jauh lebih murah dibandingkan dengan di negaranya. Paskorn menggambarkan, upah minimum buruh di Batam hanya sekitar 200 Baht, sedangkan di Thailand mencapai 300 Baht.
“Namun dia bertanya, kalau nanti upah di Batam naik pesat bagaimana? Kami menjawab, kan masih ada Bintan dan Karimun,” paparnya. Kabupaten Bintan dan Kabupaten Karimun merupakan daerah lainnya di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) yang juga termasuk dalam kawasan pelabuhan dan perdagangan bebas (free trade zone/FTZ). Karena itu Bintan dan Karimun juga memiliki insentif pajak yang sama dengan Batam terkait pemasukan barang impor.
Namun demikian, BP Batam belum bisa memastikan kapan rencana investasi Thailand itu akan direalisasikan karena Dubes Paskorn Siriyaphan masih pada tahap penjajakan dengan meninjau sejumlah kawasan industri di Batam. Dalam pertemuan, Dubes Paskorn Siriyaphan masih bertanya secara detail berbagai hal terkait perindustrian di Batam, khususnya pengupahan, perizinan, keamanan dan soal infrastruktur.
BP Batam sendiri tidak merekomendasikan secara spesifik kawasan-kawasan industri mana yang bisa ditempati para investor Thailand. Dan menurut Asroni rencana investasi tersebut bisa dalam bentuk industri serta bisa juga pengembangan atau relokasi industri yang sudah ada di sana.“Bisa yang mana saja, yang pasti mereka ingin mengembangkan kapasitas karena kalau kapasitas di sana sudah maksimal, mereka akan mencari tempat lain,” katanya.