Bisnis.com, MAKASSAR - Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI) menyatakan beberapa produk impor yang masuk Sulawesi Selatan mengalami lonjakan sangat tinggi dan berpotensi merugikan pengusaha lokal.
Harimurti Priambodo, selaku investigator Bidang Pengaduan dan Hukum KPPI, menyebut beberapa barang itu antara lain selular plastik, daging ikan beku, tembakau rokok, kepiting beku, dan roti panggang.
Data KPPI menunjukkan impor selular plastik pada 2011 mencapai 23.297 ton atau naik 49% dari tahun sebelumnya. Selama periode Januari-September 2013 impor mencapai 22.066 ton.
Sementara itu impor kepiting beku ke Makassar pada 2011 melonjak 74,5% menjadi 3.668 ton dibandingkan tahun 2010. Pada periode Januari-September 2012, impor mencapai 4.194 ton.
"Berdasarkan indikasi yang diperoleh dari data impor terdapat beberapa barang impor yang mengalami lonjakan volume yang cukup signifikan," katanya.
Lonjakan itu dapat menimbulkan kerugian serius atau ancaman kerugian serius terhadap produsen dalam negeri yang memproduksi barang sejenis di Sulsel.
Menurut Harimurti, lonjakan itu masuk dalam radar KPPI yang menerapkan early warning system. Namun, pihaknya baru akan menyeldiki apakah perlu diusulkan tindakan pengamanan perdagangan (safeguards)atau tidak setelah adanya permohonan pelaku usaha.
Safeguards adalah instrumen yang dapat digunakan oleh setiap negara anggota World Trade Organization (WTO) untuk mengamankan produsen dalam negerinya dari akibat yang ditimbulkan oleh lonjakan impor berupa kerugian serius atau ancaman kerugian serius.
Menurutnya WTO membolehkan negara anggota yang produsennya mengalami kerugian serius atau ancaman serius menerapkan tindakan pengamanan perdagangan berupa pengenaan tarif tambahan, pembatasan impor (kuota), atau keduanya.
Persyaratan tindakan safeguards jika telah terjadi lonjakan impor selama 3 tahun terakhir, produsen dalam negeri mengalami kerugian serius atau ancaman kerugian serius terhadap barang senejnis, dan adanya hubungan sebab akibat antara keduanya.
KPPI dan Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Sulsel menyelenggarakan sosialisasi safeguards dalam perlindungan produsen dalam negeri dari dampak negatif lonjakan impor di Hotel Sahid Makassar, Kamis (12/9/2013).
Ketua Kadin Sulsel Zulkarnain Arif mengatakan sosialisasi ini untuk membuka mata pengusaha bahwa masih ada solusi untuk melindungi kepentingan produsen dalam negeri menghadapi liberalisasi pasar global.
"Kita ragu menghadapi pembukaan pasar Asean pada 2015 karena selama ini tidak ada sosialisasi akan membanjirnya produk luar yang masuk dan tidak bisa dilarang," katanya.
Produk dalam negeri semakin sulit bersaing, lanjutnya, karena biaya logistik di Indonesia masinh sangat tinggi, mencapai 20%.
Zulkarnain menyontohkan, pengiriman satu kontainer dari Jakarta ke Makassar mencapai US$580, sementara dari China ke Indonesia hanya US$500 padahal jaraknya lima kali lipat.
"Biaya logistik di Malaysia hanya 10%, sedangkan Singapura 7%, dan China 5%. Bandingkan dengan dengan Indonesia yang mencapai 20%," tambahnya.
Ketidaksiapan itu juga tampak dari defisit neraca perdagangan yang mencapai US$1,6 miliar tahun ini, terbesar dalam 18 tahun terakhir. Sulsel sendiri, lanjutnya, menyumbang defisit US$68 juta.
Safeguard, katanya, juga perlu diterapkan pada produk pertanian karena selama ini Sulsel mengalami surplus, seperti beras dan rumput laut.