Bisnis.com, JAKARTA – Bulan ini, sejumlah pengusaha dan pejabat negara, akan berulangtahun. Beberapa di antaranya adalah Gita Wirjawan, Hary Tanoesoedibjo.
Fahmi Idris (lahir di Jakarta, 20 September 1943) adalah seorang pengusaha dan politikus asal Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai Menteri Tenaga Kerja dalam Kabinet Reformasi Pembangunan. Serta Menteri Perindustrian dan Menteri Tenaga Kerja & Transmigrasi pada Kabinet Indonesia Bersatu. Fahmi juga pernah terpilih menjadi anggota DPR-GR mewakili kalangan mahasiswa, serta ketua Fraksi Golkar di MPR-RI.
Gita Wirjawan (lahir di Jakarta, 21 September 1965) adalah pengusaha asal Indonesia. Nama lengkapnya Gita Irawan Wirjawan, putra dari pasangan Wirjawan Djojosoegito (almarhum) dan Paula Warokka Wirjawan. Pada 2008, ia mendirikan perusahaan Ancora Capital (tempo), perusahaan investasi di bidang sumber daya dan pertambangan. Ia mendirikan perusahaan tersebut setelah ia memutuskan mundur dari kursi Presiden Direktur JP Morgan Indonesia yang ia jabat 2006-2008.
Kesuksesannya dalam mengelola perusahaan berbekal kekuatan relasi yang ia bangun sejak kuliah di haryard. Ancora Capital sendiri berfokus pada investasi di sektor energi dan sumber daya alam. Kesuksesan Gita dalam mengelola perusahannya dibuktikan ketika dalam hitungan bulan, Ancora berhasil mengambil alih sebagian saham beberapa perusahaan besar seperti PT Bumi Resources Tbk, Selain itu, ia juga merupakan salah satu Komisaris PT Pertamina. Pada 18 Oktober 2011, berkaitan dengan reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu II, Gita Wirjawan diangkat sebagai Menteri Perdagangan menggantikan Mari Elka Pangestu.
Hary Tanoesoedibjo (lahir di Surabaya, 26 September 1965) adalah seorang pengusaha dari Indonesia. Hary lulus dengan gelar Bachelor of Commerce (Honours) dari Carleton University, Ottawa-Kanada, pada 1988 dan gelar Master of Business Administration dari Ottawa University, Ottawa Kanada, pada 1989.
Saat ini Hary memegang beberapa jabatan strategis di berbagai perusahaan terkemuka di Indonesia. Ia ditunjuk sebagai Presiden Direktur PT Global Mediacom Tbk (sejak 2002) setelah sebelumnya menjabat sebagai Wakil Presiden Komisaris perusahaan tersebut. Ia adalah pendiri, pemegang saham, dan Presiden Eksekutif Grup PT Bhakti Investama Tbk sejak 1989.
Pada 2011, Forbes merilis daftar orang terkaya di Indonesia , dan pengusaha Hary Tanoesoedibjo menduduki peringkat ke-22 dengan total nilai kekayaan yang dimilikinya adalah sebesar "US$ 1,19 miliar".
Kahar Tjandra (lahir di Padang, Sumatera Barat, 24 September 1929; umur 83 tahun) merupakan seorang pengusaha dan dokter asal Indonesia. Dia adalah anak dari pasangan Hardi Sjarif dan Noviar Sjarif.
Tjandra sejak kecil bercita-cita hendak menjadi arsitek, namun karena jurusan arsitektur ada di ITB Bandung maka ia mengambil sekolah kedokteran di FK UI, Jakarta. Setelah lulus kedokteran, ia melanjutkan spesialisasi laboratorium. Dia sempat menjadi dokter di Departemen Kesehatan sebelum masuk wajib militer di RPKAD. Setelah itu ia bekerja di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo, Jakarta selama 20 tahun sambil menjadi dosen di FKUI.
Martha Tilaar (lahir di Kebumen, Jawa Tengah, 4 September 1937) adalah seorang pengusaha Indonesia yang bergerak di bidang kosmetika dan jamu dengan nama dagang Sariayu. Ia menikah dengan H.A.R Tilaar dan memiliki empat anak, Bryan Emil Tilaar, Pinkan Tilaar,Wulan Tilaar,Kilala Tilaar. Bekerja sama dengan Kalbe Farma, ia membuat perusahaan kosmetika dan jamu Martina Berto. Selain itu ia juga memiliki usaha kerajinan di Sentolo, Yogyakarta bernama Prama Pratiwi Martha Gallery.Dia juga memiliki Kampung Jamu Organik di Cikarang, Bekasi.
Tjio Wie Tay atau kemudian lebih dikenal dengan Masagung merupakan pendiri dari Toko Gunung Agung (lahir di batavia, 8 September 1927) meninggal di Jakarta, 24 September 1990 pada umur 63 tahun) merupakan anak keempat dari lima bersaudara pasangan Tjio Koan An dan Tjoa Poppi Nio. Ayahnya seorang ahli listrik tamatan Belanda, sedangkan kakeknya seorang pedagang ternama di kawasan Pasar Baru, Bogor.
Rachmat Gobel (lahir di Jakarta, 3 September 1962; umur 50 tahun) adalah pengusaha Indonesia. Ia merupakan generasi kedua dari keluarga Gobel yang mengendalikan perusahaan National Gobel Group yang sekarang bernama Panasonic Gobel Group.
Di saat krisis multi dimensi melanda Indonesia 1998, banyak kelompok perusahaan besar terpuruk. Hanya segelintir perusahaan yang bisa bertahan dan berkembang pada masa krisis tersebut, yaitu mereka yang punya keuletan dan ketrampilan manajemen, serta visi ke depan. Kelompok Usaha Gobel, yang dipimpin oleh Rachmat Gobel merupakan salah satu di antaranya. Sebagai bukti nyata, perusahaan induk PT. Gobel International dan Matsushita Electric Industrial Co.,Ltd. (perusahaan induk Matsushita Group, sekarang panasonicGroup), di masa krisis itu justru setuju dan sepakat untuk memperpanjang perjanjian kerjasama joint venture–nya, di bawah bendera PT. National Gobel (sekarang PT.Panasonic Manafacturing Indonesia). Hal ini menunjukkan komitmen dan rasa saling percaya yang luar biasa, di antara keduanya.
Rachmat Gobel adalah anak ke lima dan putra laki-laki pertama dari pasangan Alm. Drs. H. Thayeb Mohammad Gobel dan Almh. Annie Nento Gobel. Alm. Drs. H. Thayeb Mohammad Gobel disamping pendiri dari Kelompok Usaha Gobel, adalah juga perintis industri elektronika di Indonesia. Rachmat Gobel menikah dengan Retno Damayanti dan telah dikaruniai dua orang anak, yaitu Nurfitria Sekarwillis Kusumawardhani dan Mohammad Arif Gobel.
Jakob Oetama (lahir di Borobudur, Magelang, 27 September 1931; umur 81 tahun), adalah wartawan dan salah satu pendiri Surat Kabar Kompas. Saat ini ia merupakan Presiden Direktur Kelompok Kompas Gramedia, Pembina Pengurus Pusat Persatuan Wartawan Indonesia dan Penasihat Konfederasi Wartawan Asean.
Jakob adalah putra seorang pensiunan guru di Sleman, Yogyakarta. Setelah lulus SMA (seminari) di Yogyakarta, ia mengajar di SMP Mardiyuwana (Cipanas, Jawa Barat) dan SMP Van Lith Jakarta. Pada 1955, ia menjadi redaktur mingguan Penabur di Jakarta. Jakob kemudian melanjutkan studinya di Perguruan Tinggi Publisistik Jakarta dan Fakultas Sosial Politik UGM Yogyakarta.
Karier jurnalistik Jakob dimulai ketika menjadi redaktur Mingguan Penabur tahun 1956 dan berlanjut dengan mendirikan majalah Intisari tahun 1963 bersama P.K Ojong, yang mungkin diilhami majalah Reader;s Digest dari Amerika. Dua tahun kemudian, 28 Juni 1965, bersama Ojong, Jacob mendirikan Harian Kompas yang dikelolanya hingga kini.