Bisnis.com, JAKARTA - Di sela-sela kunjungan kenegaraan menghadiri Pertemuan G20 di St.Petersburg, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengungkapkan keseriusan pemerintah menyikapi aspirasi publik perihal pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke daerah lain yang pantas.
Menurut Presiden SBY, pada 4-5 tahun lalu, dirinya telah memikirkan kemungkinan membangun pusat pemerintahan di luar Jakarta. Bahkan telah membentuk tim kecil untuk untuk memikirkan kemungkinan memindahkan ibu kota.
"Pusat perekonomian tetap di Jakarta, tetapi pusat pemerintahan di kota lain,” katanya dalam jumpa pers di Hotel Grand Emerald, St. Petersburg, Rusia, Sabtu (7/9) pagi pukul 10.00 waktu setempat, seperti disiarkan laman setkab.go.id.
SBY pun menjelaskan mengapa dirinya lebih memilih diam dalam merespons suara publik terkait pemindahan ibu kota. "Karena kebiasaan di negeri kita ini apapun kalau muncul ide baru langsung didebat atau disalahkan. Sebaliknya kalau saya mengatakan tidak perlulah kita memikirkan pusat pemerintahan yang baru, tetap disalahkan juga," ujarnya.
Menurut Kepala Negara, kalau memang secara ekonomi nasional sudah kuat, pertumbuhan, GDP, income perkapita, kemudian kalau memang tidak ada solusi yang baik untuk mengatasi permasalahan Jakarta, dan ada urgensi yang tidak bisa ditunda-tunda lagi, tidak keliru kalau memikirkan suatu tempat yang dapat dibangun menjadi pusat pemerintahan yang baru.
Presiden memberi contoh negara-negara yang sudah memisahkan pusat pemerintahan dengan pusat ekonomi, seperti Turki, Australia, dan Malaysia, serta banyak lagi contoh yang lain.
“Tentu ada plus dan minusnya. Kalau nanti kita berpikir membangun pusat pemerintahan yang baru, kita pastikan Jakarta jauh menjadi lebih baik, dan pusat pemerintahan yang baru juga dapat berfungsi secara efektif".
SBY lantas menunjuk contoh kota Putra Jaya di Selangor, yang menjadi pusat pemerintahan Malaysia, sementara kota Kuala Lumpur juga masih bisa berfungsi dengan baik.
Namun diakui SBY, pemindahan ibukota negara, tidak terkecuali Jakarta, tentunya membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Baik itu biaya ekonomi, dan barangkali juga biaya politik, biaya sosial dan sebagainya. Untuk itu, paparnya, perlu mempelajari kesuksesan negara lain dalam memindahkan ibu kota negaranya.
Misalnya mencontoh kota Astana, ibu kota Kazakhstan yang baru, yang sangat khas dengan arsitektur luar biasa, teratur dan desain yang bagus, sehingga berperan sebagai ibu kota yang ideal bagi sebuah negara.
“Tentu hal ini juga sangat ditolong oleh penduduk Khazakhstan yang jumlahnya 19 juta, sementara Kazakhstan luas wilayahnya lebih dari 2 juta. Bandingkan dengan Indonesia yang berpenduduk lebih dari 240 juta, luas daratannya kurang lebih sama".