Bisnis.com, YOGYAKARTA-- Pelaksanaan salat Ied di lapangan Instiper Desa Glagaharjo Kecamatan Cangkringan Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) diselipkan sejumlah imbauan kepada masyarakat mengenai bahaya letusan Merapi.
Pengalaman letusan kecil pada 22 Juli tahun ini menjadi pelajaran berharga warga yang tinggal di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III tersebut. Pelajaran yang dipetik masyarakat adalah, siklus Merapi saat ini tidak bisa dibaca dengan sekedar membaca status Normal, Siaga, Waspada ataupun Awas.
Ketua Peringatan Peringatan Hari Besar Indonesia (PHBI) Maryono menegaskan biasanya setiap status Merapi ada perbedaan aktivitas Merapi karena ada tahapan masing masing.
"Tapi sekarang dengan yang sudah ada karena dari status normal bisa langsung awas," katanya dalam penjelasan kepada ratusan jamaah salat Id di empat dusun wilayah Cangkringan Sleman DIY dan Kemalang Klaten Jawa Tengah, Kamis (8/8/2013).
Warga diminta mempersiapkan segala sesuatunya dari sekarang apabila sewaktu-waktu Gunung Merapi meletus dan mengeluarkan awan panas. Hal itu mengingat kawasan Glagaharjo dan Kemalang merupakan daerah pertama kali terdampak karena kawan Merapi tepat di atas tempat tinggal Mereka sekitar 5 kilometer.
Diasumsikan kecepatan awan panas yang pernah menewaskan juru kunci Merapi Mbah Maridjan, kecepatan luncurannya mencapai 400 kilometer per jam. Logikanya, apabila warga di Kalitengah terlambat menyikapi gejolak Merapi bukan tidak mungkin bakal memakan korban jiwa.
"Ini harus diperhatikan, sewaktu-waktu ingat kepada Allah, eling dan waspada. Surat penting harus dipersiapkan sebagaimana mestinya [untuk dibawa mengungsi]," kata Maryono.