Bisnis.com, JAKARTA—Ribuan pendukung presiden Mesir terguling, Mohamed Mursi mulai berkumpul mengepung fasilitas militer di Kairo sebagai bentuk pembangkangan atas perintah untuk mengusir mereka.
Gerakan itu dilaporkan berpotensi memicu konfrontasi lanjutan setelah belasan orang ditembak mati pada akhir pekan lalu.
Seorang juru bicara Ikhwanul Muslimin mengatakan aksi massa itu dimulai dari masjid Rabaa al-Adawiya di wilayah utara Kairo. Sedangkan tujuan utama kumpulan massa itu untuk menuntut Mursi dikembalikan ke kekuasaan setelah sebelumnya digulingkan oleh pihak militer.
Sedikitnya 72 pendukung Mursi ditembak mati oleh aparat keamanan pada Sabtu lalu di dekat lokasi aksi massa tersebut. Kejadian itu kian memanaskan suasana setelah pihak militer menggulingkan Presiden Mursi pada 3 Juli 2013. Mursi terpilih secara demokratis untuk pertama kalinya dalam sejarah Mesir.
Reporter Reuters melaporkan peserta aksi mencapai ribuan orang dan bersumpah rela mati untuk Mursi. Gedung intelijen militer berjarak beberapa kilometer dari aksi tersebut.
Kepala Kebijakan Luar Negeri uni Eropa Catherine Ashton, sebagaimana dikutip Reuters, Senin (29/7/2013) dijadwalkan bertemu dengan Jenderal Abdel Fattah al-Sisi, tokoh militer yang memimpin penggulingan Mursi. Selain bertemu penguasa militer, Ashton akan menemui para pejabat dari Partai Kebebasan dan Keadilan, sebuah sayap organisasi Ikhwanul Muslimin.