Bisnis.com, JAKARTA - Mantan Presiden Mesir Mohamed Mursi meninggal setelah sempat pingsan di tengah persidangan pada Senin (17/06/2019). Pasca mundur dari posisi presiden, Mursi memang banyak mengikuti persidang, terakhir terkait kasus spionase.
Jaksa penuntut umum mengatakan tokoh penting Ikhwanul Muslimin itu pingsan di area terdakwa di ruang sidang tidak lama setelah berbicara di pengadilan. Mursi akhirnya dinyatakan meninggal setelah dilarikan ke rumah sakit pada pukul 16.50 waktu setempat atau 21.50 WIB.
Tumbangnya presiden sipil pertama Mesir itu membuat geger dunia. Apalagi, kematian Mursi penuh dengan teka-teki sampai muncul ada kemungkinan tokoh penting Ikhwanul Muslimin itu meninggal karena dibunuh. Kelompok Ikhwanul Muslimin pun menyerukan massa untuk berkumpul di makam tokoh penting mereka tersebut.
Apalagi, sebelum tumbang, Mursi sempat mengatakan punya banyak rahasia penting di persidangannya tersebut. Beberapa menit setelah itu, Mursi meninggal.
Namun, seperti dikutip dari Reuters, penyebab Mursi meninggal adalah serangan jantung. Selain itu, ada pula rumor diabetes dan tekanan darah tinggi menjadi penyebab kematian pria 67 tahun tersebut.
Kesehatan Mursi memang memburuk ketika berada di dalam penjara. Keluarganya pun jarang diizinkan untuk menjenguk.
Baca Juga
Kematian Mursi di persidangan sekilas mengingatkan publik pada mantan jenderal Bosnia-Kroasia Slobodan Praljak. Bedanya, Praljak mati dengan cara meminum racun kalium sianida di gelas mini alias melakukan bunuh diri.
Dia melakukan itu ketika bakal dihukum 20 tahun kurungan penjara oleh pengadilan pidana internasional untuk bekas negara Yugoslavia. Praljak didakwa melakukan kejahatan perang dan kemanusiaan terhadap nonKroasia selama berlangsungnya perang Kroasia-Bosnia.
Presiden Sipil Pertama Mesir yang Kemudian Diadili
Mursi adalah Presiden ke-5 Mesir yang menjabat sejak 30 Juni 2012 hingga 3 Juli 2013. Pria kelahiran 8 Agustus 1951 ini mengawali karir politiknya ketika menjadi anggota parlemen di Majelis Rakyat Mesir periode 2000-2005.
Dia juga berstatus sebagai kepala negara pertama Mesir yang dipilih secara demokratis setelah kediktatoran Hosni Mubarak runtuh pada 11 Februari 2011.
Sebelum menjabat sebagai orang nomor 1 Negeri Piramida, Mursi didapuk menjadi Ketua Partai Kebebasan dan Keadilan (FJP) sejak 30 April 2011, partai yang didirkan oleh Ikhwanul Muslimin setelah Revolusi Mesir pada 2011.
Setahun berlalu, Mursi maju sebagai calon presiden dari FJP pada gelaran Pemilihan Presiden Mesir 2012. Pilpres itu dilakukan dua putaran, yakni pada 23-24 Mei 2012 dan 16-17 Juni 2012.
Mursi dilantik sebagai Presiden Mesir pada 30 Juni 2012 setelah menang dalam Pilpres putaran kedua dengan meraih 51,73 persen suara, sedangkan lawannya Ahmed Shafik mengantongi 48,27 persen suara.
Namun, sosok Presiden dari kalangan sipil, nyatanya tidak berarti banyak bagi Mesir. Di bawah pemerintahan Mursi, masyarakat menilai Mesir menghadapi masalah ekonomi, energi, hingga persoalan keamanan.
Hal itu membuat masyarakat Mesir mulai gerah. Saat setahun peringatan terpilihnya Mursi, ribuan demonstran dari penjuru Mesir melakukan pawai untuk menuntut pengunduran diri Sang Presiden.
Aksi yang terjadi pada 30 Juni 2013 ini merupakan ekspresi protes karena Mursi dinilai semakin otoriter dan menegakkan agama Islam tanpa mempertimbangan kepentingan pihak sekuler.
Demonstrasi damai berubah menjadi kekerasan setelah 5 oposan penentang Mursi terbunuh. Di saat yang sama, pendukung Mursi melakukan demonstrasi di Kota Nasr, salah satu distrik di Kairo.
Berselang 1 Juli 2013 dini hari, markas Ikhwanul Muslimin di Kairo diserang oleh penentang Mursi. Terjadi aksi pelemparan batu yang berujung pada penjarahan isi gedung seperti perlengkapan kantor dan dokumen-dokumen.
Hingga pada 3 Juli 2013, otoritas Mesir mengumumkan bahwa ada 16 demonstran pendukung Mursi yang terbunuh dalam unjuk rasa. Di tempat yang berbeda, terjadi protes anti-pemerintah yang juga berlangsung.
Situasi yang tidak stabil hingga menyebabkan krisis dalam negeri, angkatan bersenjata Mesir yang dipimpin Abel Fattah al-Sisi mengancam akan mengambil alih apabila situasi tidak dapat diatasi. Pernyataan itu terealisasi pada 3 Juli 2013 malam, militer Mesir mengakhiri kepemimpinan Mursi sebagai Presiden Mesir.
Berselang 4 bulan setelah dilengserkan, Mursi diadili bersama 14 pejabat senior Ikhwanul Muslimin. Kasusnya terkait rangkaian bentrokan antara demonstran oposisi dan pro Mursi. Mereka dituduh telah menghasut para pendukung untuk melakukan pembunuhan pada seorang wartawan, 2 demonstran oposisi, serta instruksi penyiksaan dan penahaan kepada demosntran.
Beruntung, Mursi lolos dari tuduhan pembunuhan, tetapi dia malah divonis 20 tahun penjara terkait instruksi penyiksaan dan penahanan kepada sejumlah demonstran. Tak hanya itu, Mursi juga mendapatkan vonis lainnya seperti, hukuman mati meskipun akhirnya urung dilakukan.
Sampai jelang ajalnya, Mursi mendapatkan tuduhan lainnya yakni, tindakan mata-mata. Sayangnya, sebelum sidang rampung, Mursi harus tutup usia.