Bisnis.com, KULON PROGO-- Ketua Dewan Penasihat Partai Golongan Karya Akbar Tanjung mengatakan partainya akan mengevaluasi pencalonan Aburizal Bakrie sebagai presiden pada Pemilu 2014.
Menurutnya, Aburizal Bakrie (ARB) yang digadang-gadang sebagai capres Golkar memiliki elektabilitas yang rendah dibandingkan dengan calon yang berkembang di masyarakat seperti Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto.
"Kami dari partai terus mencermati elektabilitas ARB. Kami ingin mengetahui sejauhmana masyarakat menilai calon presiden dari Partai Golkar," ujarnya saat menghadiri acara buka puasa bersama di DPC Golkar Kulon Progo, Selasa (23/7/2013) malam.
Menurutnya, waktu untuk memulihkan elektabilitas ARB cukup panjang. Saat ini, elektabilitas ARB belum menunjukan kenaikan yang signifikan.
"Waktu masih sangat panjang, masih ada waktu untuk memperbaiki elektabilitas. Kalau nanti tidak ada kenaikan elektabilitas ARB, kami akan melakukan evaluasi penyebabnya dan akan menjadi dasar untuk menentukan langkah-langkah Golkar ke depan,” paparnya nya seperti dikutip Antara.
Berdasarkan catatan Bisnis, hasil survei Pusat Data Bersatu (PDB) menemukan bahwa capres yang paling potensial dipilih rakyat saat ini adalah Jokowi.
Dari survei yang digelar pada 11-18 Juni 2013 itu, Jokowi meraih elektabilitas paling tinggi yakni 29,57%. Disusul oleh Prabowo Subianto 19,83%, Megawati 13,08%, baru Aburizal Bakrie 11,62%.
“Kenaikan elektabilitas Jokowi paling tinggi dibandingkan dengan calon-calon lainnya dari periode Januari hingga Juni 2013,” papar Ketua PDB Didik J. Rachbini saat merilis survei tersebut, Rabu (17/7/2013)
Hasil survei PDB tadi sejalan dengan hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh Indonesia Research Centre (IRC). Lembaga survei independen itu, Senin (15/7/2013) merilis hasil jajak pendapat yang menepatkan Jokowi sebagai capres paling diinginkan (32%) dari 794 responden.
Perolehan suara responden untuk mantan walikota Solo tadi mengalahkan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (6,1%), Prabowo Subianto dari Partai Gerindra (8,2%), Wiranto dari Partai Hanura (6,8%).
KEPERCAYAAN MENURUN
Akbar mengakui elektabilitas dan kepercayaan masyarakat terhadap Partai Golkar sangat menurun. Hal ini disebabkan, tidak bekerjanya mesin politik tingkat bawah secara optimal.
Tidak bekerjanya mesin politik menyebabkan beberapa pemilihan kepala daerah (pilkada) calon yang diusung Golkar mengalami kekalahan. Kekalahan yang dialami Golkar yakni Pilkada DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah.
"Ini menjadi basis pemikiran kami untuk menghadapi agenda-agenda organisasi seperti agenda politik, dan kepercayaan masyarakat. Tentu, mesin politik Golkar harus diperbaiki untuk menghadapi Pemilu 2014," katanya.
Menurutnya, untuk menjadi partai pemenang Pemilu 2014, haruslah ada konsolidasi yang kuat diinternal partai.
Akbar mengakui PDI Perjuangan tingkat konsolidasi internal sangat kuat, sehingga mampu memenangkan Pilkada di DKI Jakarta dan Jawa Tengah. Meski di Sumatera Utara dan Jawa Barat, calon yang diusung PDIP tidak menang tetapi perolehan suara sangat signifikan dibandingkan dengan Golkar.
"Partai yang dianggap solid dan terkonsolidasi itu ditandai dengan kesiapan dalam pilkada-pilkada. PDIP menang dalam beberapa pilkada, meski tidak menang suara PDIP cukup tinggi. Ini menjadi bahan evaluasi kami dalam Pemilu 2014," tegas mantan Ketum Golkar itu. (Antara/if)