BISNIS.COM, GIANYAR—PT Taman Safari Indonesia membidik pengelolaan konservasi lumba-lumba di kawasan Bali Safari Marine Park dengan target operasi pada 2014 mengingat kurangnya pembiakan mamalia laut dengan status dilindungi itu.
Tony Sumanpau, Direktur Taman Safari Indonesia, mengatakan konservasi lumba-lumba diproyeksikan berada di Marine Park yang masih dalam tahap pengembangan. Perseroan menargetkan, Marine Park akan beroperasi penuh pada 2014.
“Sangat diperlukan ketelitian dan keahlian untuk menangkarkan lumba-lumba,” katanya kepada Bisnis seusai meresmikan Konservasi dan Pelestarian Jalak Bali (Bali Mynah) di Bali Safari & Marine Park, Kamis (4/7/2013).
Diketahui, konservasi itu hasil kerja sama dengan PT Garuda Indoensia Tbk. Saat ini, perseroan telah bekerja sama dengan tim ahli lumba-lumba asal Selandia Baru untuk pengembangan konservasi di Bali. Pada 2014, ditarget baik infrastruktur maupun tenaga ahli sudah siap.
Secara teknis, papar Tony, tim mengukur ukuran dan kedalaman dari sebuah ruang konservasi. Dicontohkan, konservasi yang berada di Karimun Jawa dengan kedalaman hanya 1 meter, saat kondisi air surut, sangat tidak baik untuk lumba-lumba. “Pada kondisi itu, mamalia itu bisa terkelupas kulitnya akibat sengatan matahari.”
Taman Safari menilai belum banyak lembaga yang serius mengonsevasi mamalia yang kerap dipekerjakan sebagai artis sirkus ini. Untuk itu, Taman safari berkomitmen untuk mengembangkan dengan menambah konservasi di Indonesia.
Adapun, untuk pelestarian Bali Mynah atau Jalak Bali, Direktur Garuda Indonesia Novianto Herupratomo mengatakan, perseroan dan Taman Safari Indonesia bekerja sama dalam upaya pelestarian spesies burung dengan memberikan bantuan berupa pembangunan 1 unit rumah (aviary) dan pelestarian sebanyak 18 ekor Jalak Bali. Aviary itu diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam upaya pelestarian populasi burung Jalak Bali.