BISNIS.COM, Jakarta—Kendati masih menemui jalan buntu dalam mengungkap identitas pelaku bom bunuh diri di Mapolres Poso, Sulawesi Tengah, yang terjadi pada 3 Juni lalu, tim anti teror Polri terus bekerja untuk mengurai kasus ini.
Seorang sumber di lingkungan Polri Salah mengatakan, bom rakitan tersebut dipastikan dirakit dalam wadah plastik berjenis tupperware sebanyak dua buah dengan total 6 liter.
"Bom itu dililitkan dengan sarung dan ditaruh dibagian pinggang pelaku. Makanya bagian pinggang dan perut pelaku jebol, terburai. Bom itu mempunyai unsur low explosives dengan bahan utama urea nitrate," ungkapnya saat dihubungi, Senin (17/6/2013).
Dia mengungkapkan pihaknya tengah menyelesaikan rekonstruksi apa dan bagaimana bom yang dibawa pelaku yang diperkirakan berusia 30 tahunan itu meledak.
Untuk menambah daya rusaknya, jelas sumber itu, bom rakitan itu diisi dengan potongan besi cor dimana potongan itu semburat atau seperti laiknya peluru saat bom meledak.
Saat ditanya bagaimana bom itu diledakan, apakah dengan timer atau dipicu dengan panggilan HP, sumber itu menjawab jelas.
“dengan switch langsung on off. Jadi ada kabel ke tangan pelaku dan dipastikan bom itu diaktifkan oleh pelaku sendiri,” jelasnya.
Sementara soal adanya ledakan kecil yang pertama sebelum adanya ledakan besar yang kedua, sumber itu memastikan bahwa itu memang dibuat sengaja oleh pelaku.
"Memang ada dua kali ledakan. Yang pertama meledak namun masih low selang sekitar 4 detik bom kedua meledak dengan high," paparnya sekaligus memastikan bahwa bom yang di Poso itu memiliki bomb signature serupa dengan bom yang pernah ditemukan sebelumnya.
Peristiwa sebelumya yaitu di Tamanjeka, Poso pada 2012 dan Enrekang pada awal 2013 dimana kedua kasus itu terkait dengan jaringan Mujahidin Indonesia Timur yang dipimpin Abu Wardah alias Santoso.
"Maka berdasarkan hasil analisis bomb signature bisa dipastikan pelaku terkait langsung dengan Santoso," tegasnya.