BISNIS.COM, LONDON—Perdana Menteri Inggris David Cameron akan memperingati 3 tahun kepemimpinannya pada Sabtu (11/5/2013), tetapi dia dinilai belum dapat menemukan cara yang tepat untuk memulihkan perekonomian Inggris.
Dengan sisa waktu 2 tahun sebelum Pemilihan Umum berikutnya, Inggris masih belum pulih dari masalah kemerosotan produksi selama krisis finansial. Di samping itu, inflasi masih lebih tinggi dari angka pendapatan.
Cameron memilih untuk memangkas kurang dari sepertiga defisit anggaran sejak ia menduduki posisi sebagai Perdana Menteri. Padahal, sebelumnya dia diprediksi mengurangi setengah dari defisit anggaran.
Pemerintah koalisi pertama Inggris sejak era Perang Dunia II dihadapkan pada masalah pemilu yang tidak konklusif. Cameron dan pasangannya dari Partai Demokrat Liberal Nick Clegg berjanji akan mengentaskan Inggris dari defisit sebelum 2015, dan meningkatkan investasi.
Melambatnya pertumbuhan Inggris mempengaruhi dukungan terhadap Tories dan kepercayaan investor. Nilai poundtserling merosot sebesar 7,4% melawan dolar AS tahun ini, dan kredit macet meningkat hingga 20%, atau yang terbesar di antara negara anggota G-7.
“Tentu saja ini bukan perayaan yang baik bagi Cameron,” ujar Robert Wood, Kepala Ekonom Berenerg Bank di London. “Pemerintah berjanji menurunkan defisit, menghentikan penghematan, dan memicu pertumbuhan. Namun, kenyataannya janji-janji tersebut belum terpenuhi.”
Meski target-target belum tercapai, perekonomian Inggris menunjukkan tanda-tanda pembaikan dengan peningkatan di sektor jasa, manufaktur, dan konstruksi.
National Institute of Economic and Social Research mengatakan pada Kamis (9/5/2013) proyeksi pertumbuhan meningkat ke level 0,8% dari level 0,3% mulai Februari hingga April pada kuartal I/2013. Bank of England juga telah meninggalkan program pembelian obligasi sebesar 375 miliar poundsterling (US$581 miliar). (Bloomberg/msb)