JAKARTA: Tujuh organisasi sipil mendesak aparat kepolisian untuk menyelidiki penembakan dan penangkapan terhadap sejumlah warga Papua saat melakukan aksi damai sepanjang 30 April-1 Mei lalu di sejumlah tempat provinsi tersebut.
Zely Ariane, Koordinator National Papua Solidarity (Napas), mengatakan sejumlah warga yang berada di Distrik Aimas, Kabupaten Sorong pada 30 April mendapatkan rentetan tembakan ketika merencanakan kegiatan protes atas perayaan 1 Mei. Tanggal 1 Mei juga dikenal sebagai 'hari kembalinya' Papua ke pemerintah Indonesia.
Menurutnya, ketika warga mendatangi kendaraan asal tembakan, justru mendapatkan rentetan tembakan lebih banyak lagi sehingga diduga menewaskan dua warga dan delapan orang lainnya ditangkap. Sementara itu pada 1 Mei, kata Zely, beberapa orang yang akan berdoa di makam Theys Eluay, salah satu pemimpin Papua, juga digagalkan aparat.
"Kami mendesak dilakukan investigasi menyeluruh terhadap peristiwa penembakan, penangkapan dan represi yang terjadi dari 30 April-1 Mei 2013. Kami juga meminta tangkap dan adili pihak yang melakukan penembakan di Distrik Aimas, Sorong," kata Zely dalam siaran pers bersama di Jakarta, Sabtu (4/5/2013).
Napas menyatakan pembubaran paksa dan penembakan atas kegiatan damai merupakan aksi pelanggaran terhadap hak yang paling mendasar warga Papua, yakni kebebasan berserikat. Oleh karena itu, sambungnya, pemerintah diminta menuntaskan persoalan tersebut.
Data koalisi itu menyatakan sedikitnya dua orang diduga tewas di Sorong dan satu orang ditembak di Biak. Korban luka yang masih dirawat di rumah sakit sedikitnya adalah lima orang, dan 23 orang lainnya ditahan di Sorong, Jayapura dan Timika. (asa)