BALIKPAPAN: Badan Urusan Logistik (Bulog) Divisi Regional Kalimantan Timur menyiapkan letter of credit (L/C) senilai Rp99 miliar guna menyerap target beras lokal 15.000 ton sesuai dengan harga pemberian pemerintah (HPP) beras yang baru ditetapkan sebesar Rp6.600 per kilogram.
Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) Divre Kaltim Abdul Nadjid menuturkan HPP beras di setiap daerah selalu merujuk pada ketentuan pemerintah. Penetapan kenaikan HPP beras dari Rp6.100 per kilogram menjadi Rp6.600 akan diikuti oleh Bulog di setiap daerah yang menjadi kepanjangan tangan dari pemerintah.
"Target beras yang harus diserap dari petani tahun ini sebanyak 15.000 ton atau meningkat tiga kali lipat dibandingkan dengan target pada 2011 yang hanya sebesar 5.000 ton," ujarnya.
Nadjid mengakui realisasi penyerapan tersebut berat untuk direalisasikan mengingat tren penyerapan produksi beras dari lahan produktif di Kaltim jumlahnya kurang dari 10.000 ton.
Dia mencontohkan pada 2011, target penyerapan sebanyak 5.000 ton hanya mampu direalisasikan sebesar 3.500 ton. Namun, Nadjid mengatakan pihaknya masih bisa menyerap beras dari daerah lain yang mengalami kelebihan produksi sehingga target tersebut bisa tercapai.
Nadjid mengatakan alokasi L/C akan disesuaikan dengan kemampuan penyerapan beras oleh Bulog Divre Kaltim. Apabila penyerapan beras tidak mencapai 15.000 ton, besaran dana yang dikeluarkan tidak akan mencapai Rp99 miliar.
“Dana yang dicairkan dalam L/C itu besarannya disesuaikan. Tidak semua. Yang penting kami sudah meminta pihak bank untuk menyediakan dana sebesar itu guna membantu realisasi target penyerapan beras,” ungkapnya.
Pihaknya belum mencatat pencairan dana pembelian beras produksi lokal milik petani karena masa panen masih akan terjadi pada pertengahan Maret mendatang. Beberapa kegiatan pemanenan yang dilakukan oleh petani dalam bulan ini sifatnya merupakan panen dengan jumlah yang kecil sehingga angka penyerapannya juga terbatas.
Nadjid telah meminta pada beberapa mitra penggilingan padi di beberapa sentra produksi beras di Kaltim, seperti Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara, untuk ikut menyerap beras milik petani apabila harga pasar turun. Fungsi Bulog sebagai penjamin petani untuk mendapatkan harga beras yang sesuai akan berjalan ketika tengkulak memainkan harga pada saat panen terjadi.
Dia juga mengharapkan agar anomali cuaca yang menyebabkan produktivitas lahan berkurang tidak terjadi terlalu ekstrim pada tahun ini. Nadjid berpendapat kondisi lahan yang berbeda dengan Pulau Jawa dan ketergantungan yang cukup tinggi dengan curah hujan menjadikan pengaruh cuaca akan berdampak cukup besar bagi produksi beras Kaltim. (sut)