Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Sentral Eropa Makin Dekat untuk Normalisasi

Bank Sentral Eropa (ECB) secara tidak terduga mencabut kembali janji mereka untuk meningkatkan pembelian obligasi, jika perekonomian memburuk. Adanya perubahan di dalam outlook perekonomian zona Euro membuat ECB semakin yakin untuk normalisasi kebijakan moneter.
Presiden European Central Bank (ECB) European Central Bank./Reuters
Presiden European Central Bank (ECB) European Central Bank./Reuters

Kabar24.com, JAKARTA - Bank Sentral Eropa (ECB) secara tidak terduga mencabut kembali janji mereka untuk meningkatkan pembelian obligasi, jika perekonomian memburuk. Adanya perubahan di dalam outlook perekonomian zona Euro membuat ECB semakin yakin untuk normalisasi kebijakan moneter.

Oliver Rakau, Ekonom Oxford Economics di Frankurt, Jerman, menyampaikan hal itu merupakan sebuah kejutan.

“[Akan tetapi yang disampaikan Draghi] merupakan usaha untuk tidak terlalu terbawa dengan risiko. Kebijakan itu juga tampak sebagai langkah kecil menuju normalisasi,” katanya seperti dilansir dari Bloomberg, Jumat (9/3/2018).

Pejabat Zona Euro yang paham dengan permasalahan ini mengatakan bahwa perhitungan staf internal ECB memperkirakan bank sentral itu akan tetap membeli aset senilai 30 miliar euro (setara dengan US$37 miliar) pada kuartal IV/2018.

Kendati demikian, keputusan finalnya masih belum ada. Hal itu disebabkan oleh para pembuat kebijakan ECB telah banyak yang setuju untuk menghentikan pelonggaran kuantitatif (QE) secepatnya tahun ini.

Pada pertemuan ECB, Kamis (8/3/2018), para pembuat kebijakan bank sentral setuju untuk mengganti pedoman kebijakan moneter mereka. Meskipun begitu, mereka tetap terbuka dengan pilihan untuk memperpanjang program pelonggaran stimulus hingga melewati September meskipun pembelian obligasi dijadwalkan kadaluarsa pada saat itu.

Draghi mengatakan langkah untuk mengaktifkan bias pelonggaran stimulus ini bukanlah suatu kebetulan.

“[Langkah normalisasi] telah diumumkan sebelumnya pada 2016. Coba lihat betapa berbedanya situasi kala itu dengan sekarang,” kata Draghi.

Sementara itu, pasar mengartikan langkah tersebut sebagai dovish karena Draghi tampak tetap mempertimbangkan beberapa risiko dalam outook-nya. Hal itu membuat euro melonjak setelah keputusan tersebut, dan kemudian turun 0,8%.

Pandangan hawkish sebenarnya telah mulai terlihat di beberapa bank sentral dunia. Pembuat kebijakan di Bank Sentral Inggris (BoE) menyatakan bahwa mereka mungkin akan menaikkan suku bunga lebih cepat dan Gubernur The Fed juga telah membicarakan mengenai pertumbuhan ekonomi AS bisa menopang kenaikan suku bunga sebanyak empat kali pada tahun ini.

Pergantian keputusan ECB tersebut menunjukkan bahwa mereka bersiap-siap dalam membimbing pertumbuhan ekonomi. Di dalam proyeksinya, ECB melihat ekspansi perekonomian Benua Biru secara luas tidak akan berubah dalam tiga tahun ke depan. Mereka hanya memprediksi inflasi sebesar 1,7% pada 2020, tetap di bawah target 2%.

Salah satu alasan bagi Draghi mengambil langkah ini adalah keinginannya untuk menenangkan ketidakpuasan di antara anggota Dewan Gubernur, bahwa ECB masih berada di belakang kurva untuk mengadaptasikan kebijakannya untuk pertumbuhan kuat di zona Euro.

Padahal, kebanyakan ekonom sudah menduga tidak akan ada perubahan dalam panduan bulan ini. Mereka sebelumnya berekspektasi akan menunggu saja hingga Juni untuk mendapatkan indikasi yang lebih jelas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Nancy Junita

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper