Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Peluang & Potensi Jalur Sutra Baru China Bagi Indonesia

Rencana China membangun jalur sutera baru (the New Maritim Silk Road) melewati 25 negara dapat dimanfaatkan Indonesia untuk mendapatkan akses pasar ke negara-negara ekspor non-tradisional.n
Aktivitas kapal milik China di sekitar pulau karang Laut China Selatan./Reuters
Aktivitas kapal milik China di sekitar pulau karang Laut China Selatan./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA--Rencana China membangun jalur sutra baru (the New Maritim Silk Road) melewati 25 negara dapat dimanfaatkan Indonesia untuk mendapatkan akses pasar ke negara-negara ekspor non-tradisional.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Nus Nuzulia Ishak menyebutkan sebagian negara yang masuk dalam jalur sutera baru tersebut merupakan negara tujuan ekspor non-tradisional yang selama ini memiliki kontribusi kecil terhadap kinerja ekspor Indonesia.

Adapun, dua puluh lima negara yang masuk dalam rencana besar China tersebut (di luar Indonesia), a.l. China, India, Malaysia, Jerman, Vietnam, Turki, Rusia, Polandia, Srilanka, Ukraina, Iran, Kenya, Yunani, Rumania, Irak, Bulgaria, Syria, Turkmenistan, Uzbekistan, Kazakhztan, Kyrgztan, Belarusia, Moldova, serta Tajikistan.

Ekspor produk-produk Indonesia ke jalur sutera tersebut masih didominasi negara-negara tujuan ekspor tradisional seperti China (30,00%), India (26,76%), Malaysia (14,40%), Belanda (7,81%), dan Jerman (6,08%). Sementara produk yang diekspor masih didominasi oleh batu bara dan kelapa sawit.

Mudah-mudahan dengan adanya jalur sutera ini akan lebih mudah lagi kita melakukan akses pasar. Jadi dengan menghubungkan tol laut Indonesia dengansilk roadChina bisa meningkatkan akses pasar barang ekspor. Kita akan lebih mudah lagi, kata Nus di Jakarta, Selasa (24/11/2015).

Ekspor non-migas Indonesia ke 25 negara tersebut pada 2014 lalu mencapai US$48,98 milliar (30% dari total ekspor non-migas) atau turun sebesar 12,24% dibanding kinerja ekspor non-migas pada 2013 sebesar US$55,81 miliar.

Sementara kinerja ekspor non-migas periode Januari September 2015 sebesar US$33,05 miliar juga mengalami penurunan sebesar 9,89% dibanding periode yang sama pada 2014. Nus menilai, penurunan kinerja ekspor RI ke China menjadi pemicu utama penurunan ekspor ke negara-negara di jalur sutera.

Adapun, menurut Nus, dengan rencana penghidupan kembali jalur perdagangan tersebut ada beberapa komoditas yang bisa didorong pengapalannya ke kawasan tersebut a.l. elektronik, otomotif,spare part, danpart of telephone set.

Ada beberapa produk manufaktur yang bisa kita dorong. Karena kalau saya lihat, impor negara-negara tersebut arahnya adalah produk manufaktur, tidak ada yang menyangkut ke komoditi utama kita. Mungkin kita perlu telaah lagi untuk seperti tekstil, dan beberapa komoditi utama untuk masuk ke pasarsilk roadini.

Pembangunan jalur sutera oleh China menurutnya dapat diintegrasikan dengan program tol laut Indonesia yang saat ini sedang dibangun. Adapun, jalur sutera akan lebih mengutamakan pelabuhan maupun pembuatan jalur kereta seperti yang saat ini tengah dilakukan oleh Pakistan melalui kerja samanya dengan China.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Avisena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper