Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gencatan Senjata Belum Genap Sehari, Thailand Tuding Kamboja Langgar Kesepakatan

Thailand menuduh Kamboja melanggar gencatan senjata yang baru berlaku beberapa jam, memicu ketegangan di perbatasan.
Asap mengepul dari sebuah bangunan, di tengah bentrokan antara Thailand dan Kamboja, di distrik Kantharalak, provinsi Sisaket, Thailand, 24 Juli 2025./Reuters/TBPS
Asap mengepul dari sebuah bangunan, di tengah bentrokan antara Thailand dan Kamboja, di distrik Kantharalak, provinsi Sisaket, Thailand, 24 Juli 2025./Reuters/TBPS
Ringkasan Berita
  • Militer Thailand menuduh Kamboja melanggar gencatan senjata yang baru berlaku beberapa jam, dengan melancarkan serangan bersenjata ke wilayah Thailand.
  • Gencatan senjata tanpa syarat disepakati dalam perundingan damai di Malaysia untuk menghentikan pertempuran di wilayah sengketa perbatasan kedua negara.
  • Konflik ini telah menewaskan sedikitnya 38 orang dan memaksa hampir 300.000 warga mengungsi, dengan upaya internasional termasuk dari AS dan China untuk meredakan ketegangan.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA — Militer Thailand menuduh Kamboja melanggar gencatan senjata yang baru berlaku beberapa jam, menyusul kesepakatan damai untuk mengakhiri bentrokan berdarah di perbatasan hutan kedua negara.

Melansir Channel News Asia pada Selasa (29/7/2025), juru bicara militer Thailand Winthai Suwaree mengatakan serangan dari pihak Kamboja tetap terjadi setelah kesepakatan mulai berlaku.

Dia menjelaskan pada saat gencatan senjata diberlakukan, pihaknya mendeteksi pasukan Kamboja melancarkan serangan bersenjata ke beberapa wilayah di dalam wilayah Thailand.

"Ini merupakan pelanggaran disengaja terhadap kesepakatan dan upaya nyata untuk merusak kepercayaan bersama. Thailand terpaksa merespons secara tepat sebagai hak sah kami untuk membela diri," ujarnya dalam pernyataan resmi.

Dalam perundingan damai yang digelar di Malaysia pada Senin (28/7/2025) kemarin, Thailand dan Kamboja sepakat memberlakukan gencatan senjata tanpa syarat mulai Selasa tengah malam untuk menghentikan pertempuran di wilayah kuil-kuil kuno yang menjadi sengketa di sepanjang perbatasan sepanjang 800 kilometer.

Di kota Samraong, Kamboja, sekitar 20 kilometer dari perbatasan, seorang jurnalis melaporkan suara ledakan berhenti 30 menit sebelum tengah malam dan situasi relatif tenang hingga fajar menyingsing.

“Garis depan telah mereda sejak gencatan senjata pukul 12 malam,” tulis Perdana Menteri Kamboja Hun Manet dalam unggahan Facebook, Selasa pagi.

Sejak Kamis pekan lalu, konflik telah menewaskan sedikitnya 38 orang dan memaksa hampir 300.000 warga mengungsi. Ketegangan ini bahkan mendorong Presiden AS Donald Trump turun tangan pada akhir pekan lalu.

Konflik ini tercatat sebagai yang paling mematikan sejak periode bentrokan sporadis 2008–2011, yang dipicu oleh klaim tumpang tindih atas wilayah kuil peninggalan kuno akibat batas wilayah warisan kolonial Prancis pada 1907.

Sesuai kesepakatan damai, pimpinan militer kedua negara dijadwalkan bertemu pada pukul 07.00 waktu setempat (08.00 waktu Singapura), sebelum digelarnya pertemuan komite lintas batas di Kamboja pada 4 Agustus untuk meredakan ketegangan lebih lanjut.

Niat Baik

Dalam pernyataan bersama yang dirilis Thailand, Kamboja, dan Malaysia, selaku tuan rumah perundingan, disebutkan gencatan senjata ini merupakan langkah awal penting menuju de-eskalasi dan pemulihan perdamaian serta keamanan.

Juru bicara Sekjen PBB Antonio Guterres pada Senin malam juga menyerukan kedua pihak untuk menghormati kesepakatan dan menciptakan iklim yang kondusif untuk penyelesaian jangka panjang.

Baik Thailand maupun Kamboja kini sedang melobi Presiden AS Donald Trump untuk memperoleh kesepakatan dagang demi menghindari ancaman tarif tinggi dari AS. Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa perwakilan mereka telah hadir langsung mendampingi proses negosiasi.

Pernyataan bersama juga menyebut bahwa China turut ambil bagian aktif dalam perundingan yang dipimpin oleh Perdana Menteri Malaysia sekaligus Ketua Asean, Anwar Ibrahim, di ibu kota administrasi Putrajaya.

Hun Manet mengucapkan terima kasih atas dukungan tegas Trump, sementara Penjabat Perdana Menteri Thailand, Phumtham Wechayachai, menegaskan bahwa kesepakatan ini harus dijalankan dengan niat baik oleh kedua pihak.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Channel News Asia
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro