Bisnis.com, JAKARTA - Cut Nyak Dien merupakan salah satu tokoh perempuan pemberani asal Aceh yang terkenal dalam sejarah perjuangan Indonesia.
Dia tumbuh menjadi sosok pemimpin yang tangguh, cerdas, dan mampu menyusun strategi di medan perang. Keberanian Cut Nyak Dien melawan penjajahan Belanda menjadi simbol semangat perjuangan rakyat Aceh dan inspirasi nasional.
Belajar dari kisah Cut Nyak Dien memberi kita pemahaman yang lebih mendalam tentang arti keteguhan, keberanian, dan pengorbanan demi mempertahankan harga diri bangsa. Pahami nilai-nilai yang bisa ditanamkan kepada generasi muda saat ini.
Profil Cut Nyak Dien
- Nama Lengkap: Cut Nyak Dien
- Tempat Lahir: Lampadang, Aceh Besar, Kesultanan Aceh
- Tanggal Lahir: 12 Mei 1848
- Wafat: 6 November 1908, Sumedang, Jawa Barat
- Asal: Kesultanan Aceh
- Agama: Islam
- Suami Pertama: Teuku Ibrahim Lamnga
- Suami Kedua: Teuku Umar
- Gelar: Pahlawan Nasional Indonesia (diberikan pada tahun 1964)
- Peran: Tokoh perempuan dalam Perang Aceh melawan kolonialisme Belanda, pemimpin perang gerilya, dan simbol perlawanan rakyat Aceh
Masa Kecil Cut Nyak Dien
Cut Nyak Dien lahir pada tahun 1848 di wilayah Lampadang, Aceh Besar, dari keluarga bangsawan yang sangat menjunjung tinggi nilai agama Islam dan budaya lokal. Ayahnya, Teuku Nanta Setia, merupakan seorang pemimpin adat sekaligus pejuang yang aktif melawan penjajah Belanda.
Sejak kecil, ia tumbuh dalam lingkungan yang kental dengan semangat perlawanan terhadap penjajahan. Cut Nyak Dien menerima pendidikan agama yang kuat dan dibesarkan dengan ajaran tentang keberanian, kehormatan, serta tanggung jawab sosial. Pendidikan yang ia dapatkan, meskipun informal, memperkuat kepribadiannya sebagai perempuan yang tangguh dan memiliki kepedulian terhadap kondisi bangsanya.
Perjuangan Cut Nyak Dien di Perang Aceh
Dilansir dari Arsin Nasional, Senin (21/7/2025), perang Aceh dimulai pada 1873 sebagai respon terhadap upaya Belanda menguasai wilayah Aceh yang strategis. Cut Nyak Dien pertama kali terlibat langsung dalam perjuangan setelah suaminya, Ibrahim Lamnga, gugur dalam pertempuran melawan Belanda. Kehilangan suaminya justru semakin membakar semangat juangnya untuk terus melawan.
Ia kemudian menikah dengan Teuku Umar, salah satu tokoh pejuang terkemuka saat itu. Bersama Teuku Umar, Cut Nyak Dien menjalankan perang gerilya yang sangat merepotkan pihak Belanda. Perannya tidak hanya sebagai istri seorang pejuang, tetapi juga sebagai penasihat dan bahkan komandan pasukan dalam beberapa kesempatan. Ia dikenal memiliki kemampuan taktik dan semangat juang yang luar biasa.
Setelah Teuku Umar gugur dalam pertempuran pada tahun 1899, Cut Nyak Dien tetap memimpin sisa-sisa pasukan pejuang Aceh. Meski sudah lanjut usia dan mengalami gangguan penglihatan, ia tetap turun ke medan perang, memotivasi rakyat untuk terus bertahan melawan kolonialisme.
Penangkapan dan Pengasingan Cut Nyak Dien
Perjuangan panjang dan tanpa henti akhirnya membawa Cut Nyak Dien pada titik terberat. Pada tahun 1901, karena kondisi kesehatannya yang memburuk dan tekanan militer Belanda yang terus meningkat, beberapa anak buahnya merasa iba dan secara diam-diam memberikan informasi kepada pihak Belanda mengenai lokasi persembunyiannya.
Setelah ditangkap, ia diasingkan ke Sumedang, Jawa Barat. Di tempat pengasingan, pihak Belanda merahasiakan identitas aslinya untuk mencegah kebangkitan semangat perlawanan rakyat Aceh. Selama masa pengasingannya, Cut Nyak Dien tetap dihormati oleh masyarakat setempat karena sikap bijaknya dan pengetahuan agamanya yang luas.
Wafat dan Warisan Sejarah
Cut Nyak Dien menghembuskan napas terakhirnya pada 6 November 1908 di Sumedang. Ia dimakamkan di kawasan Gunung Puyuh. Masyarakat Sumedang baru mengetahui identitas Cut Nyak Dien setelah kemerdekaan Indonesia, dan makamnya kemudian dijadikan situs sejarah nasional.
Warisan sejarah Cut Nyak Dien sangat besar. Ia tidak hanya dikenang sebagai pejuang wanita, tetapi juga sebagai simbol keteguhan dan patriotisme. Namanya diabadikan dalam berbagai institusi pendidikan, nama jalan, dan museum sebagai bentuk penghormatan atas jasanya.
Fakta Menarik tentang Cut Nyak Dien
- Pemimpin Wanita dalam Perang Gerilya: Cut Nyak Dien pernah memimpin langsung pasukan laki-laki dalam pertempuran di pedalaman Aceh.
- Berjuang Meski Buta: Di masa akhir perjuangannya, Cut Nyak Dien tetap memimpin perlawanan meski mengalami kebutaan karena penyakit mata.
- Identitas Dirahasiakan Belanda: Belanda menyembunyikan identitas Cut Nyak Dien selama masa pengasingan agar rakyat Aceh tidak kembali bangkit.
- Dikenal Sebagai Ulama: Di pengasingan, ia tetap mengajarkan nilai-nilai agama dan menjadi panutan masyarakat setempat.
Diakui sebagai Pahlawan Nasional
Pemerintah Republik Indonesia memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada Cut Nyak Dien pada tahun 1964 melalui Keputusan Presiden No. 106 Tahun 1964. Gelar ini menegaskan peran pentingnya dalam sejarah perjuangan melawan penjajahan dan sebagai inspirasi bagi perjuangan perempuan di Indonesia.
Nilai dan Inspirasi untuk Generasi Muda
Perpusnas mencatatkan bahwa perjuangan Cut Nyak Dien mengajarkan bahwa keberanian, keikhlasan, dan cinta tanah air adalah kekuatan sejati dalam melawan ketidakadilan. Dia juga menunjukkan bahwa perempuan juga mampu berdiri di garis depan perjuangan, memimpin, dan membela hak bangsanya hingga akhir hayat.
Bagi generasi muda Indonesia, kisahnya adalah pelajaran hidup tentang pentingnya integritas, kegigihan, serta dedikasi terhadap bangsa dan negara. Semangatnya relevan di segala zaman.
Cut Nyak Dien adalah lambang perjuangan, keberanian, dan ketulusan dalam membela tanah air. Warisannya akan terus hidup dalam semangat generasi bangsa yang terus belajar dari keteladanan tokoh-tokoh sejarah seperti dirinya.
Disclaimer: Artikel ini dihasilkan dengan bantuan kecerdasan buatan (AI) dan telah melalui proses penyuntingan oleh tim redaksi Bisnis.com untuk memastikan akurasi dan keterbacaan informasi.