Bisnis.com, JAKARTA — United Nations Conference on Trade and Development alias UNCTAD menyatakan bahwa realisasi investasi global mencapai US$1,51 triliun pada 2024.
Jumlah tersebut lebih tinggi dari realisasi investasi global pada tahun sebelumnya sebesar US$1,45 triliun. UNCTAD mengungkapkan data tersebut dalam laporan bertajuk World Investment Report 2025.
Meski aliran investasi asing langsung atau foreign direct investment (FDI) meningkat 4% dari US$1,45 triliun menjadi US$1,51 triliun, namun UNCTAD menyatakan peningkatan tersebut terjadi akibat aliran dana yang tidak stabil melalui negara perantara (conduit economies).
Negara perantara itu seperti Luksemburg, Belanda, Kepulauan Cayman, dan lainnya. Negara-negara itu biasanya digunakan sebagai jalur lalu lintas dana oleh perusahaan multinasional, bukan sebagai lokasi investasi riil.
"Jika aliran melalui negara perantara tersebut dikecualikan, maka aliran FDI global justru turun 11%, menandai penurunan untuk tahun kedua berturut-turut," tulis UNCTAD dalam laporannya yang dirilis Kamis (19/6/2025).
Lembaga yang berkantor di Jenewa, Swiss itu mengungkapkan FDI ke negara-negara berkembang masih sangat terkonsentrasi pada sejumlah kecil negara.
Baca Juga
Aliran FDI ke negara-negara berkembang secara keseluruhan stagnan, meskipun terdapat kenaikan signifikan di Afrika (meningkat 75%) dan Asia Tenggara (meningkat 10%). Sebaliknya, aliran investasi justru menurun di Asia Timur (menurun 12%) dan Amerika Selatan (menurun 18%).
Tren sektoral menunjukkan penurunan investasi di sebagian besar sektor infrastruktur atau menurun 14%. Sebaliknya, sektor digital mencatat lonjakan nilai proyek hingga dua kali lipat.
Porsi FDI yang semakin besar di sektor ekonomi digital tercermin dalam komposisi 100 perusahaan multinasional (MNE) teratas, di mana perusahaan teknologi kini menyumbang lebih dari 20% dari total pendapatan mereka.
Sementara itu, investasi yang ditujukan bagi pencapaian SDGs di negara-negara berkembang turun antara seperempat hingga sepertiga, khususnya di sektor infrastruktur, energi terbarukan, air dan sanitasi, serta sistem pangan dan pertanian.
Hanya sektor kesehatan yang mencatat pertumbuhan positif pada 2024, meskipun dimulai dari basis yang relatif kecil.
Adapun penurunan pembiayaan proyek internasional (international project finance/IPF) berdampak besar terhadap upaya pembangunan. Kontraksi berkepanjangan dalam IPF menjadi perhatian serius menjelang Konferensi Internasional Keempat tentang Pembiayaan Pembangunan.
Antara 2021—2024, nilai IPF turun lebih dari 40%. Negara-negara terbelakang (LDCs) menjadi pihak yang paling terdampak, karena sangat bergantung pada sumber pembiayaan internasional.
Sekretaris Jenderal UNCTAD Rebeca Grynspan pun mendorong keberanian dan koordinasi untuk mengarahkan investasi menuju pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif. Selain itu, lanjutnya, investasi harus menjembatani kesenjangan dalam ekonomi digital, infrastruktur, dan keuangan berkelanjutan.
"Investasi bukan hanya sekadar aliran modal dan proyek yang sedang berjalan. Investasi merupakan sinyal tentang di mana kita menempatkan taruhan kita sebagai sebuah masyarakat dunia," ujar Rebeca dalam pembukaan laporan UNCTAD.