Bisnis.com, JAKARTA — Rusia dapat menawarkan suaka politik atau political asylum kepada miliarder Amerika Serikat Elon Musk terkait perselisihan sengitnya dengan Presiden AS Donald Trump.
Melansir dari Newsweek, Minggu (8/6/2025), kabar itu disampaikan oleh salah satu pejabat Rusia. Dia merespons situasi Musk—orang terkaya di dunia—yang berselisih dengan Trump, membuat banyak orang bertanya-tanya apa yang akan terjadi pada hubungan mereka.
Komentar ini muncul di tengah ketegangan yang tinggi antara Washington dan Moskow, karena pembicaraan gencatan senjata untuk perang Rusia-Ukraina macet, dengan putaran negosiasi terakhir hanya berlangsung 90 menit dan sedikit kemajuan di luar kesepakatan untuk membebaskan tawanan di kedua belah pihak.
Bulan lalu, Trump mengatakan tentang Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa dirinya selalu memiliki hubungan yang sangat baik dengan Vladimir Putin dari Rusia.
“Tetapi sesuatu telah terjadi padanya,” ujarnya.
Wakil Ketua Pertama Komite Urusan Luar Negeri Dewan Duma Negara Dmitry Novikov membuat komentar tersebut kepada media berita negara Rusia TASS.
Baca Juga
“Saya pikir Musk memiliki permainan yang sama sekali berbeda, jadi dia tidak akan membutuhkan suaka politik, meskipun jika dia membutuhkannya, Rusia, tentu saja, dapat memberikannya,” kata Novikov dalam pernyataan yang diterjemahkan dari bahasa Rusia.
Musk dan Trump, yang pernah menjadi sekutu politik dalam upaya pemotongan anggaran federal, baru-baru ini berselisih secara terbuka, dengan perselisihan tersebut meningkat pada 5 Juni dalam serangkaian pertukaran di media sosial dan komentar kepada wartawan.
Perselisihan ini bermula dari RUU “One Big Beautiful Bill” Trump, yang mencakup perpanjangan pemotongan pajak andalannya dan pengeluaran untuk prioritas lain, seperti keamanan perbatasan. Musk telah mengekspresikan kekhawatiran tentang dampak RUU ini terhadap utang nasional.
Trump mengklaim bahwa Musk kesal karena presiden telah mencabut mandat kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).
“Elon sudah ‘tidak tahan lagi,’ aku minta dia pergi, aku mencabut mandat EV-nya yang memaksa semua orang membeli mobil listrik yang tidak diinginkan orang lain [yang dia tahu sejak bulan-bulan sebelumnya bahwa aku akan melakukannya!], dan dia jadi GILA!” tulisnya dalam posting di Truth Social.
“Saatnya meledakkan bom besar: @realDonaldTrump ada dalam berkas Epstein. Itulah alasan sebenarnya berkas tersebut belum dipublikasikan. Selamat hari, DJT!” tulis Musk di X pada Kamis, (5/6/2025).
Dalam unggahan lain, Musk mengajak para warganet untuk menandai unggahannya sebagai bukti bahwa kebenaran akan terungkap di masa depan. Bahkan, CEO Tesla ini juga menyarankan agar Trump dimakzulkan.
“Tandai post ini untuk masa depan. Kebenaran akan terungkap,” lanjutnya.
Di samping itu, Juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan kepada Newsweek pada Kamis: “Ini adalah episode yang sayang dari Elon, yang tidak puas dengan RUU One Big Beautiful Bill karena tidak termasuk kebijakan yang dia inginkan. Presiden fokus pada pengesahan undang-undang bersejarah ini dan membuat negara kita hebat kembali.”
Kekecewaan Elon Musk terhadap Trump semakin menjadi dan menyebut presiden AS saat ini sebagai orang yang tidak bersyukur.
“Tanpa saya, Trump akan kalah dalam pemilihan, Demokrat akan mengendalikan DPR, dan Republik akan memiliki 51—49 [kursi] di Senat. Betapa tidak bersyukurnya,” tulis Musk di X.
Meski demikian, Musk belum merilis dokumen atau bukti apa pun yang mendukung klaimnya bahwa Trump muncul dalam berkas Epstein.
Belum jelas bagaimana perselisihan Trump-Musk akan berlanjut dalam beberapa hari dan minggu ke depan.