Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia memperingati Hari Kebangkitan Nasional setiap tanggal 20 Mei, bertepatan dengan berdirinya organisasi Boedi Oetomo pada tahun 1908.
Berdirinya organisasi Boedi Oetomo dianggap sebagai tonggak awal kesadaran nasional dan perlawanan terhadap penjajahan melalui pendekatan pendidikan, kebudayaan, dan persatuan.
Dilansir dari kemdikbud.go.id pada Selasa (20/5/2025), Hari Kebangkitan Nasional ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia pada tahun 1948, sebagai respons terhadap ancaman disintegrasi bangsa pasca Agresi Militer Belanda I. Saat itu, semangat persatuan dan nasionalisme rakyat Indonesia dianggap perlu dibangkitkan kembali.
Maka dipilihlah tanggal 20 Mei sebagai hari peringatan nasional karena merupakan hari kelahiran organisasi Boedi Oetomo, yang didirikan oleh dr. Soetomo dan mahasiswa School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA) di Batavia.
Boedi Oetomo adalah organisasi modern pertama yang tidak lagi bersifat kedaerahan atau kekerabatan semata. Visi utama mereka adalah mencerdaskan bangsa dan membangun kesadaran nasional melalui pendidikan serta solidaritas antarpribumi.
Dilansir dari anri.go.id, hal ini menjadi titik awal tumbuhnya berbagai organisasi pergerakan nasional lainnya, seperti Sarekat Islam, Indische Partij, dan Perhimpunan Indonesia, yang pada akhirnya bermuara pada Proklamasi Kemerdekaan tahun 1945.
Sejarah Hari Kebangkitan Nasional
Setelah Boedi Oetomo berdiri, berbagai organisasi kebangsaan lain bermunculan, seperti Sarekat Islam (1912), Indische Partij (1912), dan Perhimpunan Indonesia (1925) di Belanda. Organisasi-organisasi ini membawa semangat yang lebih radikal dan politis, menuntut kemerdekaan penuh dari kolonialisme Belanda.
Titik puncak dari semangat kebangsaan ini terjadi pada 28 Oktober 1928, melalui Kongres Pemuda II, di mana para pemuda dari berbagai daerah mengikrarkan Sumpah Pemuda. Sumpah ini menjadi landasan ideologis perjuangan nasional, menegaskan persatuan bahasa, bangsa, dan tanah air Indonesia.
Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, pemerintah Indonesia mulai menata ulang sejarah perjuangan nasional sebagai bagian dari identitas bangsa.
Dalam konteks inilah, pemerintah menetapkan 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional melalui Keputusan Pemerintah pada tahun 1948, sebagai bentuk penghormatan terhadap awal bangkitnya kesadaran nasional Indonesia.
Peringatan ini juga menjadi simbol penting di tengah situasi politik yang genting kala itu terutama saat Belanda melancarkan agresi militer untuk merebut kembali Indonesia.
Hari Kebangkitan Nasional menjadi alat perjuangan moral dan politik untuk menunjukkan kepada dunia internasional bahwa Indonesia telah memiliki sejarah panjang dalam membangun kesadaran kebangsaan.
Peringatan dari Masa ke Masa: Dinamika dan Makna
Selama masa Orde Lama dan Orde Baru, peringatan Hari Kebangkitan Nasional selalu dikaitkan dengan semangat patriotisme dan loyalitas terhadap negara. Pidato kenegaraan, upacara bendera, serta peluncuran program pembangunan menjadi bagian dari perayaan tahunan ini.
Memasuki era Reformasi, makna Hari Kebangkitan Nasional mengalami perluasan. Bukan hanya sebagai pengingat sejarah, tetapi juga sebagai momentum evaluasi terhadap kondisi sosial-politik dan peran generasi muda dalam menjaga idealisme bangsa.
Tiap tahun, tema peringatan Hari Kebangkitan Nasional diangkat oleh pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. Tema-tema ini disesuaikan dengan kondisi aktual bangsa, seperti “Bangkit untuk Indonesia Emas”, “Ayo Bangkit Bersama”, atau “Tanggung Jawab Pemuda Menjawab Tantangan Zaman”.