Bisnis.com, JAKARTA — Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut adanya kekurangan pasokan medis di Myanmar yang menghambat upaya bantuan untuk para korban gempa bumi yang terjadi pada Jumat (28/3/2025) kemarin.
Melansir UN News pada Minggu (30/3/2025), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berencana untuk memindahkan Tim Medis Darurat (EMT) ke Myanmar di tengah laporan kurangnya pasokan medis.
Hal tersebut termasuk peralatan trauma untuk merawat orang yang terluka, kantong darah untuk transfusi, obat bius, alat bantu, obat-obatan penting lainnya, dan tenda untuk petugas kesehatan.
Koordinator Residen dan Kemanusiaan PBB untuk Myanmar Marcoluigi Corsi menuturkan pihaknya berkomitmen untuk terus membantu para korban gempa bumi.
"PBB dan mitranya segera bergerak untuk mendukung upaya tanggap darurat dan siap membantu semua masyarakat yang terkena dampak di mana pun mereka berada," ujarnya.
Menurutnya, terdapat sebanyak 20 juta orang mungkin terdampak gempa bumi tersebut. Hal ini mengingat luasnya daerah yang terdampak bencana tersebut
Baca Juga
"Saat ini, dalam hal korban, jumlahnya terus bertambah," katanya,
Sementara itu, dilansir dari BBC, Thailand dan India mengirimkan tim tanggap darurat ke Myanmar untuk membantu upaya pemulihan. Kedua negara ini menyusul beberapa pihak lain yang telah menurunkan tim bantuan ke Myanmar seperti China dan Rusia
Kementerian Luar Negeri Thailand mengatakan total 49 personel militer Thailand berangkat ke Myanmar pada Minggu pagi dalam perjalanan menuju bandara utama di kota-kota Myanmar, yaitu Mandalay, Naypyidaw, dan Yangon.
"Misi mereka adalah mengoordinasikan upaya Bantuan Kemanusiaan dan Penanggulangan Bencana (HADR), termasuk operasi pencarian dan penyelamatan serta pengerahan bantuan darurat," kata Kementerian Luar Negeri dalam sebuah pernyataan.
Mereka menambahkan bahwa operasi selanjutnya akan mengirimkan pasokan penting termasuk makanan, obat-obatan, peralatan medis, dan bantuan keuangan.
Sementara itu, Unit Rumah Sakit Lapangan Angkatan Darat India yang beranggotakan 118 orang juga sedang dalam perjalanan ke Mandalay dari Agra dan akan membantu menyediakan pertolongan pertama dan layanan medis darurat.
Unit tersebut akan mendirikan pusat perawatan medis dengan 60 tempat tidur untuk menyediakan perawatan bagi mereka yang terluka akibat gempa bumi.
Rezim militer Myanmar mengeluarkan permohonan bantuan yang jarang terjadi, dengan Min Aung Hlaing mengumumkan keadaan darurat dan mengeluarkan "undangan terbuka bagi organisasi dan negara mana pun yang bersedia datang dan membantu orang-orang yang membutuhkan di negara kita".