Bisnis.com, JAKARTA - Gempa bumi yang melanda Myanmar setidaknya telah menelan korban 144 jiwa dan 732 orang terluka. Bencana tersebut juga menewaskan sedikitnya sembilan orang di negara tetangga, Thailand, tempat sebuah gedung tinggi yang sedang dibangun di Bangkok runtuh.
Melansir The Guardian pada Sabtu (29/3/2025), gempa bumi berkekuatan 7,7 skala Richter mengguncang Myanmar tengah pada pukul 12.50 siang waktu setempat pada Jumat (28/3/2025) kemarin dengan kedalaman 10 km (6,2 mil). Pusat gempa berada sekitar 11 mil (17,2 km) dari Mandalay, kota terbesar kedua di Myanmar.
Min Aung Hlaing, kepala junta Myanmar, memperkirakan jumlah korban tewas akan meningkat dan mendesak negara mana pun serta organisasi mana pun untuk memberikan upaya bantuan. Ini merupakan permintaan langka dari pemerintah militer yang terisolasi.
Junta mengatakan pasokan darah sangat dibutuhkan di daerah-daerah yang paling parah terkena dampak karena kekhawatiran meningkat tentang bagaimana penyelamat bahkan dapat mencapai beberapa bagian negara yang telah mengalami krisis kemanusiaan yang meluas.
Junta Myanmar telah mengumumkan keadaan darurat di enam wilayah yang paling parah terkena dampak. Selain meminta bantuan internasional, TV pemerintah juga meminta bantuan domestik untuk pasokan medis dan donor darah karena menurutnya ada begitu banyak korban luka di tiga pusat kota.
Pihak berwenang Thailand mengatakan delapan dari sembilan kematian yang dilaporkan terjadi setelah gedung tinggi itu runtuh ke tanah di ibu kota. Tim penyelamat sedang mencari 81 orang lainnya yang terjebak di reruntuhan. Kerusakan juga dilaporkan di China.
Baca Juga
Di Myanmar, para saksi mata dan media lokal mengatakan orang-orang telah tewas di kota Mandalay dan di kota-kota Toungoo dan Aungban. Ratusan korban dibawa ke rumah sakit di ibu kota, Naypyidaw, di mana orang-orang yang terluka dirawat di luar karena kerusakan pada bangunan.
Seorang petugas penyelamat dari Amarapura, kota kuno dan sekarang menjadi kotamadya Mandalay, mengatakan jasad 30 orang telah ditemukan dari blok-blok apartemen bertingkat yang runtuh.
"Saya belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya, kota kami tampak seperti kota yang runtuh," katanya, memperkirakan sekitar seperlima bangunan telah hancur.
Dia menambahkan telah menerima panggilan orang-orang di dalam bangunan yang meminta pertolongan, tetapi tidak dapat membantu karena tidak memiliki cukup tenaga kerja dan mesin untuk membersihkan puing-puing. "Namun, kami tidak akan berhenti bekerja."
Skala kerusakan di Myanmar belum jelas, meskipun rekaman media sosial yang muncul dari wilayah tengah menunjukkan banyak bangunan runtuh atau rusak.