Bisnis.com, JAKARTA - Menurut data, di Indonesia timbunan sampah nasional tahun 2023 mencapai 56,63 juta ton/tahun.
Sedangkan pengelolaannya hanya sebesar 39,01% atau sekitar 22,09 juta ton/tahun, dan sisanya sebesar 60,99% atau 34,54 juta ton/tahun tidak dikelola.
Hal ini tentu menjadi persoalan bagi lingkungan dan juga Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) di Indonesia yang 54,44% (306 daerah) dari total keseluruhannya masih dioperasikan secara open dumping (penimbunan terbuka)[1].
Karena itu, diperlukan kolaborasi berbagai pihak untuk dapat berkontribusi mengatasi persoalan sampah, baik dari Pemerintah, Private Sector, Komunitas, maupun Masyarakat.
Wisik Restu selaku Associate Vice President Legal, Compliance, IR dan Corporate Communications Kao Indonesia mengatakan diperlukan berbagai inisiatif yang diterapkan mulai dari hulu ke hilir dengan memperhatikan dampak keberlanjutan lingkungan dari mulai proses pemilihan bahan baku yang bertanggung jawab sampai pengelolaan sampah kemasan produk Perusahaan dan edukasi serta pelibatan Masyarakat dan komunitas.
Dia mengatakan perlu mengajak Masyarakat terlibat langsung dalam mengurangi sampah rumah tangga untuk tidak berakhir di TPA atau landfill melalui edukasi kesadaran lingkungan, penyusunan program dan pembinaan Bank Sampah.
Baca Juga
"Salah satu implementasi aktivitas ESG berbasis komunitas dan Masyarakat yang dijalankan adalah Kao BERGERAK BISA – Kao Berdayakan Gerakan Masyarakat Bijak Sampah," katanya.
Dia menambahkan peran serta, kesadaran dan kolaborasi semua pihak penting. Hal inilah yang membuat Kao melakukan pemetaan dan perencanaan strategi ESG yang komprehensif dan terukur, di mana implementasinya pun melibatkan key stakeholders Perusahaan antara lain Masyarakat dan untuk aktivitas ini waste management partner serta Pemerintah.
Program Kao BERGERAK BISA ini memberdayakan 11 Bank Sampah yang berada di Kelurahan Cikoko, Jakarta Selatan secara berkelanjutan dengan 3 aktivitas utama yaitu edukasi pengelolaan sampah rumah tangga, dukungan fasilitas pengelolaan sampah untuk Bank Sampah, serta program pilah dan kumpulkan sampah kemasan produk Kao di Bank Sampah.
Sampah kemasan Kao yang telah terkumpul, kemudian diteruskan kepada mitra pengelola sampah untuk didaur ulang menjadi meja dan kursi yang selanjutnya diserahkan kembali kepada Masyarakat melalui Kelurahan Cikoko.
Selain melakukan pemberdayaan kepada Masyarakat umum, Kao Indonesia juga mengajak anak-anak usia sekolah sebagai agent of change dalam semangat Anak KAO BISA (Bijak Sampah), bagian dari inisiatif Anak KAO (Kreatif, Aktif, Optimis) – Sekolah Sehat untuk bring knowledge into practical dan lebih peduli terhadap lingkungan melalui praktik langsung seperti memilah sampah.
Dalam kegiatan ini, Kao Indonesia juga menyediakan Waste Point di beberapa sekolah sebagai pilot project untuk anak-anak dapat mulai praktik bijak pilah sampah melalui hal sederhana di keseharian, yaitu dengan mengumpulkan kemasan bekas pakai produk Kao untuk didaur ulang oleh mitra pengelola sampah menjadi benda bernilai guna yang kemudian diserahkan kembali kepada sekolah.