Bisnis.com, JAKARTA — Kebakaran terjadi pada salah satu pesawat yang dioperasikan oleh Air Busan Co. di bandara lokal di Korea Selatan pada Selasa (28/1/2025) malam waktu setempat. Semua orang di dalam pesawat tersebut berhasil dievakuasi.
Melansir Bloomberg pada Rabu (29/1/2025), Badan Pemadam Kebakaran Nasional Korea Selatan mengatakan, penerbangan BX391 yang berangkat dari Bandara Internasional Gimhae, sedang bersiap lepas landas dari Busan menuju Hong Kong saat insiden tersebut terjadi.
Sementara itu, Kementerian Transportasi Korea Selatan menuturkan, pesawat yang terbakar merupakan jenis Airbus A321. Pesawat tersebut terbakar di dekat kursi belakang kabin. Adapun, saat ini pihak berwenang sedang melakukan penyelidikan.
Sebanyak 176 orang, yang terdiri atas 169 penumpang, enam awak, dan seorang pekerja pemeliharaan di dalam pesawat berhasil dievakuasi melalui perosotan. Tiga penumpang terluka tetapi kondisi mereka tidak kritis.
Jet Airbus dalam insiden Air Busan adalah model A321ceo yang lebih tua. Menurut data Planespotters.net, pesawat itu berusia lebih dari 17 tahun dan dipindahkan ke armada Air Busan dari induknya Asiana Airlines Inc. pada 2017.
Airbus mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka telah mengirim tim spesialis untuk membantu petugas keselamatan yang menyelidiki insiden tersebut. Mereka mengirimkan pesawat itu pada November 2007.
Baca Juga
Pihak berwenang menerima panggilan tersebut pada pukul 10:26 malam waktu setempat dan 45 petugas pemadam kebakaran membantu memadamkan api, menurut Badan Pemadam Kebakaran Nasional.
Air Busan adalah maskapai berbiaya rendah yang mengoperasikan penerbangan domestik dan internasional ke dan dari Busan, kota pelabuhan besar di selatan negara tersebut.
Insiden ini terjadi sebulan setelah kecelakaan fatal pesawat Jeju Air Co., yang menewaskan hampir semua orang di dalamnya dan merupakan kecelakaan penerbangan terburuk di Korea Selatan. Kecelakaan jet Boeing Co. 737-800 pada 29 Desember 2024 memicu serangkaian inspeksi terhadap standar keselamatan dan fasilitas di bandara negara tersebut.
Jet tersebut tergelincir di bagian perutnya dari landasan pacu dan meledak setelah menabrak struktur beton yang menopang localizer, beberapa menit setelah menara kontrol memperingatkan adanya tabrakan burung.
Akibat kecelakaan Jeju Air, pemerintah memerintahkan maskapai penerbangan berbiaya rendah untuk mengurangi jam terbang dan mempekerjakan lebih banyak pekerja pemeliharaan, sementara operator bandara diarahkan untuk memperluas area keselamatan landasan pacu dan mendesain ulang infrastruktur.
Area keselamatan ujung landasan pacu di sembilan bandara sekarang akan diperpanjang menjadi 240 meter (787 kaki) dan struktur yang menahan localizer — instrumen yang digunakan untuk memandu pesawat yang mendarat — harus diganti dengan bahan yang mudah pecah.