Bisnis.com, JAKARTA - Kepolisian Korea Selatan menggerebek kantor maskapai penerbangan Jeju Air dan operator Bandara Internasional Muan.
Penggerebekan ini adalah bagian dari penyelidikan mereka terhadap kecelakaan pesawat hari Minggu yang menewaskan 179 orang dalam bencana penerbangan terburuk di negara itu.
Sebagai informasi, Jeju Air 7C2216, yang berangkat dari ibu kota Thailand, Bangkok, menuju Muan di Korea Selatan bagian barat daya, mendarat dengan posisi terbalik dan melewati landasan pacu bandara regional tersebut, lalu meledak dan terbakar setelah menghantam tanggul.
Dua awak pesawat, yang duduk di bagian ekor Boeing 737-800, berhasil diselamatkan oleh tim penyelamat dalam kondisi terluka.
Penyidik polisi sedang menggeledah kantor operator bandara dan otoritas penerbangan Kementerian Perhubungan di kota Muan, di wilayah barat daya, serta kantor Jeju Air di Seoul, kata polisi provinsi Jeolla Selatan dalam pernyataan media.
Penyidik berencana menyita dokumen dan materi yang terkait dengan pengoperasian dan perawatan pesawat serta pengoperasian fasilitas bandara, kata seorang pejabat polisi.
Seorang juru bicara Jeju Air mengatakan maskapai sedang memeriksa situasi. Sementara itu, perusahaan operator bandara tidak segera dapat dihubungi untuk dimintai komentar.
Pertanyaan oleh para ahli keselamatan udara tentang apa yang menyebabkan ledakan mematikan itu difokuskan pada tanggul yang dirancang untuk menopang peralatan navigasi yang menurut mereka terlalu kaku dan terlalu dekat dengan ujung landasan pacu.
"Struktur kaku ini terbukti membawa bencana ketika pesawat yang tergelincir itu menabrak landasan," kata Najmedin Meshkati, seorang profesor teknik di University of Southern California.
Dia menambahkan, antena navigasi itu dipasang pada struktur beton yang sangat kokoh, bukan pada pemasangan menara atau tiang logam standar.
Penyelidikan terhadap penerbangan Jeju Air juga sedang dilakukan yang melibatkan pejabat Korea Selatan dan Badan Keselamatan Transportasi Nasional AS (NTSB), Badan Penerbangan Federal (FAA), dan pembuat pesawat, Boeing (BA.N).
Adapun, hingga saat ini pertanyaan mengapa pesawat tidak menggunakan roda pendaratannya masih belum terjawab. Penyebabnya terburu-burunya pilot melakukan upaya pendaratan kedua juga masih menjadi tanda tanya besar.
Upaya pendaratan kedua itu dilakukan pilot setelah memberi tahu pengawas lalu lintas udara bahwa pesawat telah mengalami tabrakan dengan burung dan mengumumkan keadaan darurat.