Bisnis.com, RIO DE JANEIRO — Presiden Prabowo Subianto mengatakan bahwa Indonesia akan mencapai target emisi nol atau net zero emission sebelum 2050. Janji tersebut lebih cepat 10 tahun dari target pemerintahan sebelumnya, yaitu emisi nol pada 2060.
Prabowo juga berencana untuk memensiunkan atau 'suntik mati' pembangkit listrik tenaga uap atau fosil dalam 15 tahun ke depan. Hal itu disampaikan olehnya pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 Brasil, Selasa (19/11/2024). Optimisme Presiden ke-8 RI itu berasal dari cadangan geothermal atau panas bumi yang besar dimiliki Indonesia.
"Kami berencana untuk memensiunkan pembangkit tenaga listrik dan energi fosil kami dalam 15 tahun ke depan. Kami berencana untuk membangun 75 gigawatt pembangkit listrik energi terbarukan dalam 15 tahun ke depan," ujarnya pada Sesi Ketiga Pertemuan Pemimpin Negara G20 di Museu de Arte Moderna, Rio de Janeiro, Brasil.
Prabowo memaparkan bahwa Indonesia mengalami dampak langsung dari perubahan iklim, di mana daerah pesisir terpengaruh oleh naiknya permukaan air laut.
"Kami terpaksa untuk memindahkan ibu kota negara kami. Di pesisir utara Pulau Jawa, air laut naik 5 sentimeter setiap tahunnya. Kami kehilangan ratusan dan ribuan hektar lahan produktif. Petani dan nelayan kammi hidup dalam kondisi sulit," jelasnya.
Kondisi sulit yang dialami petani dan nelayan RI, lanjut Prabowo, bisa berdampak kepada kemiskinan dan kelaparan. Dua isu tersebut menjadi fokus dari Presidensi G20 Brasil.
Baca Juga
Untuk itu, Prabowo menyebut tak ada jalan alternatif bagi Indonesia selain dengan komitmen mengambil langkah-langkah untuk mengurangi suhu iklim.
Terdapat cara lain bagi Indonesia, terang Prabowo, untuk mencapai net zero emission selain pemensiunan dini pembangkit listrik tenaga fosil. Misalnya, biodiesel. Prabowo menargetkan penggunaan biodiesel hingga 50%.
"Kami juga sekarang sedang mengembangkan teknologi untuk menghasilkan bensin dari minyak sawit," ujarnya.
Lalu, potensi tenaga surya. Prabowo mengungkap bahwa Indonesia berada di jalur khatulistiwa sehingga memiliki banyak potensi dari tenaga surya untuk meberi daya kepada energi berbasis solar.
"Kami memiliki sumber-sumber energi terbarukan lain, dan oleh karena itu kami sangat optimistis bisa mencapai net zero sebelum 2050," pungkasnya.