Bisnis.com, JAKARTA – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengakui bahwa Israel berada di balik serangan pager dan walkie-talkie terhadap Hizbullah di Lebanon pada September lalu.
Dilansir dari The Times of Israel, Benjamin Netanyahu untuk pertama kalinya mengakui serangan terhadap Hizbullah lewat penyeranta dan walkie-talkie.
Hal itu disampaikan Netanyahu dalam rapat kabinet mingguan pada Minggu (10/11/2024), berdasarakan kutipan yang bocor ke media.
Ribuan pager dan walkie-talkie yang berisi bahan peledak diledakkan Israel dengan sasaran Hizbullah di seluruh Lebanon dan sebagian Suriah pada 16 dan 17 September.
Ledakan pager terjadi setelah hampir setahun sejak serangan roket dan pesawat nirawak yang tak henti-hentinya kepada Israel oleh kelompok Hizbullah.
Seramham itu dimulai sehari setelah pembantaian Hamas pada 7 Oktober dan menyebabkan sekitar 60.000 penduduk harus dievakuasi dari kota-kota Israel utara di perbatasan dengan Lebanon.
Baca Juga
"Operasi pager dan pemusnahan [pemimpin Hizbullah Hassan] Nasrallah dilakukan meskipun ada pertentangan dari pejabat senior di lembaga pertahanan dan mereka yang bertanggung jawab atas operasi tersebut di eselon politik," kata Netanyahu.
Pernyataan itu diyakini menyindir Menteri Pertahanan (Menhan) Israel yang baru saja dipecat Yoav Gallant. Menjelang ledakan pager tersebut, Gallant mengatakan fokus kegiatan militer Israel akan beralih ke garis depan utara.
Sebelumnya, Netanyahu dan Gallant telah beberapa kali berselisih paham selama masa pemerintahan mereka bersama di Israel.
Pada Maret 2023, Netanyahu memecat Gallant sehari setelah Menhan Israel itu meminta penghentian sementara proses legislasi rencana perombakan peradilan pemerintah yang kontroversial.
Menurutnya tindakan itu akan menyebabkan perpecahan yang mengancam keamanan nasional di Israel.
Namun, Gallant dilantik kembali kurang dari sebulan kemudian dan memimpin Kementerian Pertahanan ketika Hamas melakukan serangan teror mematikan di Israel selatan pada 7 Oktober tahun lalu.
Dia bahkan tetap menjabat selama perang berikutnya di Jalur Gaza, pertempuran di perbatasan utara, dan operasi darat di Lebanon selatan.
Gallant mengatakan dalam konferensi pers bahwa ia dipecat karena sikapnya mengenai perlunya merekrut anggota Haredi ke IDF, keharusan untuk membawa kembali para sandera dari Gaza, dan perlunya komisi penyelidikan negara dalam serangan teror Hamas pada tanggal 7 Oktober dan perang berikutnya.
Dalam upaya yang jelas untuk menghindari tanggung jawab atas kelalaian keamanan negara, Netanyahu telah menyalahkan pasukan keamanan Israel atas kegagalan meramalkan pembantaian Hamas pada 7 Oktober dan menolak seruan untuk membentuk komisi penyelidikan publik atas peristiwa-peristiwa yang mengarah ke sana.
Israel belum secara terbuka bertanggung jawab atas serangan yang menargetkan Hizbullah yang menyebabkan pager dan walkie-talkie meledak dalam dua gelombang pada tanggal 17 dan 18 September yang menewaskan sedikitnya 39 orang.
Lebanon mengatakan hampir 3.000 orang lainnya terluka dalam serangan itu. Dari sejumlah korban itu tidak membedakan antara warga sipil dan anggota Hizbullah, di antara yang terluka adalah duta besar Teheran untuk Lebanon Mojtaba Amani.
Kementerian Kesehatan Lebanon mengumumkan pada hari Senin bahwa jumlah korban tewas di negara itu dalam perang Israel-Hizbullah telah melampaui 3.000 jiwa.
IDF memperkirakan bahwa sekitar 3.000 anggota Hezbollah telah tewas dalam konflik tersebut. Sekitar 100 anggota kelompok teror lainnya juga dilaporkan tewas di Lebanon.